Festival Bedhayan 2018 Diselenggarakan Di Gedung Kesenian Jakarta

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com – Festival Bedhayan 2018, yang diselenggarakan Jaya Suprana dari School of Performing Art yang bekerjasama dengan Sanggar Swargaloka, Minggu (4/3/2018) di Gedung Kesenian, Paser Baru, Jakarta Pusat. Didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Festival yang diikuti 13 peserta itu terdiri dari dua katagori, yaitu katagori pelestarian (tarian yang telah ada) dan katagori pengembangan (tarian ciptaan baru).

13 peserta itu diantaranya dari Jaya Suprana School of Performing Art yang menampilkan tarian Bedhayan Tembang Alit, Smile Motivator Bandung – Badayan Wayang Sunyi Tanah Pasundan, Puspo Budoyo Bedhayan Sekar Kedayon Molokalpiko, Surakartist Solo – Bedhayan Merti Bumi, The Ary Suta Center – Bedhoyo Legong Wilwatikta, Wayang Orang Bharata – Bedhoyo Majakirana, Komunitas Pecinta Tari Jawa Purwakanthi – Bedhayan Saptaharga, Sekar Tanjung Dance Company – Bedhaya Catur Sagotro, Gemah Wins Production – Astawaning Retno, Sekar Puri – Bedhoyo Kirana Ratih, Gending Enem – Bedhaya Pangkur, Gaia Indonesian Culture Society Gending – Sriwijaya, Swargaloka School of Dance Bedhayan Dewi Sri.

Usai penampilan peserta diamati oleh pakar tari Bedhoyo, diantaranya adalah Dra. G.R. Ay Koes Murtiyah, M.Pd., dari Keraton Surakarta. KP. Sulistiyo Tieto Kusumo, serta Wahyu Santosa Prabowo, S.Kar dari Institut Seni Indonesia Surakarta. Setiap peserta mendapat penghargaan berupa sertifikat dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia, dan apresiasi (raport) dari para pengamat seni.

Sebagai info bahwa Bedhayan berasal dari kata Bedhoyo, yang merupakan tarian klasik yang merupakan salah satu karya agung bangsa Indonesia. Bedhoyo ditarikan secara gemulai dan mediatif, mengandung berbagai makna spiritual. Bedhoyo pada zaman dahulu hidup dan berkembang di kalangan keraton. Tarian Bedhoyo sering kali merupakan hasil inspirasi raja mengenai suatu peristiwa tertentu, yang disajikan dalam bentuk yang sangat simbolik.

“Apa yang terjadi di Gedung Kesenian Jakarta dapat dibawa ke tanah air. Dan nantinya saya minta dapat diselenggarakan di seluruh pelosok Indonesia agar generasi sekarang dapat mengetahui warisan kebudayaan Indonesia,” tandas G.R. Ay Koes Murtiyah, Pengamat Tari Bedhoyo dari Surakarta. dedy mulyadi

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *