Lewat Partai Berkarya, Trah Soeharto Bangkit Atau Sekadar Lucu-luan

  • Whatsapp

KELUARGA besar Soeharto bermimpi bangkit dalam perpolitikan nasional. Mimpi itu mereka salurkan melalui Partai Berkarya pimpinan putra bungsu penguasa Orde Baru itu, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto.

Mampukah trah Soeharto bangkit atau malah tenggelam. Pemilu 2019 jelas jadi pertaruhan bagi keluarga Cendana untuk bangkit atau tenggelam dari percaturan perpolitikan di tanah air. Atau keikutan Partai Berkarya pada pemilu nanti hanya sekadar lucu-lucuan saja.

Dalam beberapa kesempatan, elit partai Berkarya termasuk ketua umumnya Hotomo Mandala Putra mengatakan, setidaknya partai baru ini akan mampu meraup 18 juta suara dari para pemilih.

“Kita bisa menjadi pemain nomor tiga di Senayan,” ucap putra bungsu Soeharto ini yang lebih akrab disapa Tommy pada acara silahturahmi fungsionaris partai di Graha Granadi beberapa waktu lalu.

Semangat dan optimistis yang digulirkan dihadapan para fungsionaris dan kader Partai Berkarya itu ternyata tidak membuahkan hasil signifikan.

Faktanya, partai yang digawangi anak-anak Soeharto itu hingga hari ini tersungkur di posisi paling dasar tingkat elektabiltasnya. Bahkan dibawah partai-partai baru seperti Perindo, PSI dan Partai Idaman pimpinan H Rhoma Irama.

Tampaknya elit partai berlambang mirip Golkar ini gagal paham dalam membaca situasi perpolitikan di tanah air . Sepertinya, romantisme zaman orang tuanya begitu mendarahdaging, sehingga mereka merasa hanya dengan bermodalkan nama besar orang tua itu kemudian mereka bisa eksis di perpolitikan tanah air.

Kegiatan sosialisasi partai ke lapangan (anak-anak Soeharto-red) untuk memberikan dukungan kepada para calegnya, sangat minim kita temui. Bahkan, hal yang paling jamak dilakukan partai-partai lain yakni pemanfaatan media internet yang murupakan gaya hidup kelompok milenial, masih jauh panggang dari api.

Yang lebih mengejutkan, beberapa hari lalu saya membaca di media on line Kampanye Partai Berkarya yang dikemas dengan judul “Silaturahmi Tutut Soeharto Bersama Masyarakat Magelang,” di Gedung Tribhakti, Kota Magelang.

Acara itu terbukti tidak mampu menarik animo warga, acara hanya dihadiri segelintir orang saja. Acara yang disiapkan di gedung dengan kapasitas tampung 5.000 orang itu nyatanya hanya dihadiri puluhan orang saja atau sekitar 1 persen yang hadir dari kapasitas gedung yang disiapkan.

Sejatinya pemilu 2019 ini harus dipahami, merupakan persaingan persepsi dan partai, khususnya Partai Berkarya, harus mampu memunculkan opini-opini kerakyatan yang populis, bukan hanya menjalankan kampanye dengan metode seremonial zaman Orba. Apalagi, setelah dua dekade reformasi nama keluarga Cendana justru tenggelan dalam perpolitikan di tanah air.

Generasi milenial yang merupakan pemilih terbesar hanya mengenal Sorharto sebagai mantan presiden RI ke 2, bapak pembangunan, seputar itu saja. Negativ-nya : Otoriter dan Korup. Namun terlepas dari itu, Soeharto adalah bagian dari sejarah, sehingga layak dikenali.

Lalu, siapa Hutomo Mandala Putra (Tommya Sorharto), Siti Hardianti Rukmana (Tutut Soeharto), Siti Hutami Endang Adiningsih
(Mamik Soeharto), jika tanpa embel-embel Soeharto dibelakang namanya?

Kalau Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, agaknya masih akrab ditelinga anak milenial, terutama karena aktif mendukung mantan suaminya, Prabowo Subianto yang kali ini berlaga lagi dalam pilpres 2019 .

Agaknya pil pahit akan mereka telan lagi kali ini, setelah dua partai yang sebelumnya juga didiriakan gagal meloloskan wakilnya ke parlemen.

Kini, partai Berkarya yang diharapkan akan mampu mengangakat kembali Trah Soeharto dalam perpoltikan di Indonesia ini tampaknya hanya akan menjadi penggembira saja.

Kata anak muda kekinian : buat lucu-lucuan. Bagaimana tidak, dengan isue logistik tambun, hanya sekedar untuk mengagkat elektabililitas partai Berkarya di angka 1 persen saja tidak mampu. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *