Sumber Hidupku

  • Whatsapp

beritalima.com | Jika bumi membutuhkan matahari dan bulan untuk menerangi malamnya. Berbeda denganku Wanita inilah sumber kekuatan hidupku, mentari pagi hariku dan bintang di malam gelapku. Sosok yang tak kenal pamrih dalam memberi kasih dan sayang sepanjang masa.

Mentari belum juga menampakkan sinarnya, langit pun masih gelap tak bercahaya. Ada sosok wanita yang sudah membuka matanya bersiap-siap menyambut pagi. Meski dingin udara seakan menusuk tubuhnya namun tetap saja sosok wanita ini tak peduli dan terus melanjutkan pekerjaannya.

Berjalan dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka menuju dapur seakan menunjukkan betapa beratnya pagi itu disambutnya. Dinyalakannya lampu, berharap kegelapan pagi segera sirnah digantikan sinar mentari cerah. Ia bergegas mempersiapkan bekal anak dan suami dengan memasak makanan penunjang energi.

Sementara ia sedang sibuk mempersiapkan kebutuhan kebutuhan keluarga, aku dan ayah serta saudaraku yang lainnya masih terlelap dalam mimpi indah. Tak lama ia sudah selesai dengan semua persiapan yang ada lalu bergegas membangunkan semua anggota keluarga untuk siap memulai hari. Sosok wanita ini biasa kami memanggilnya dengan sebutan “Ibu”.

Ibu adalah sosok penting dalam kehidupan setiap keluarga, sumber cinta dan kasih, guru terbaik yang ada dalam hidupku dan Malaikat tak bersayap yang tuhan berikan. Peran menjadi seorang Ibu tidaklah mudah hari-harinya dipenuhi kesibukkan yang melelahkan, peluh selalu menetes di dahinya namun hebatnya, Ibu tetap tersenyum ikhlas melayani keluarga.

Sedari kecil Ibu selalu mengajari kami untuk toleransi antar satu sama lain, ramah terhadap orang lain disekitar dan juga menjaga sopan santun paling utama. Tercubit paha kiri, paha kanan pun terasa peribahasa inilah yang menjadikan didikan Ibuku akan nilai sopan santun selalu dijunjung tinggi hal itu terus terpatri dalam benak anak-anaknya.

Saatku beranjak remaja dan memasuki bangku perkuliahan banyak hal yang mengubahku terlebih lagi tentang didikan Ibu. Jauh dari keluarga membuatku merasakan hal yang berbeda, pengalaman akan hidup terus bertambah yang mau tak mau menjadikan diriku pribadi kuat dan mandiri.

Menjadi anak rantau yang sedang menimba ilmu di kota orang yaitu Jakarta tentulah tidak mudah, kerinduan akan sosok keluarga selalu menjadi boomerang bagi diri. Seperti ingin mengurungkan niat untuk melanjutkan studi tapi mereka juga salah satu alasanku sampai berada disini.

Lagi-lagi aku teringat akan pesan Ibu sebelum melepasku ke universitas “nak apapun yang kamu lakukan disana ingatlah tetap rendah hati dan jaga sikapmu,jaga sholatmu dan percayalah kamu akan sukses kelak ibu selalu mendoakanmu,” ucapnya. Teduh rasanya mengingat pesan Ibu, seketika aku langsung kembali bersemangat dan ingin segera mungkin membuatnya bangga padaku.

Aku langsung tersadar bahwa semakin bertambahnya umur seseorang juga berpengaruh pada pola pikir mereka. Tujuan hidup semakin jelas terlihat namun tetap saja jalannya menuju kesana pun masih susah diraih butuh pengorbanan dan rintangan saat akan menggapainya.
Namun yang jelas aku mempunyai sosok wanita yang tak kenal lelah mendoakanku dan setia mendampingiku untuk meraih puncak. Dia ibuku, sumber kehidupanku.

Debrinata Rizky – Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *