Wakil Ketua MPR : Hardiknas Moment Penting Memasukan Kembali Mata Pelajaran Pancasila

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com – Seminar Pendidikan Karakter dan Penguatan Empat Pilar Kebangsaan Berbasis IT. Acara itu diselenggarakan oleh Komisi Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia bekerjasama dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat, hadir Wakil Ketua MPR RI, Ketua MUI, dan Ketua Bidang Pendidikan MUI, KH. Abdullah Jaidi, Ketua Komisi Pendidikan Kader MUI, Prof. Armai Arief dan para kepala sekolah dan guru-guru serta undangan lainnya, Rabu (2/5/2018) di Aula MUI, Lantai 4, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.

Acara tersebut terlaksana dalam rangka
memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018, lebih lanjut dikatakan Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah menyatakan ada lima jenis institusi pembentuk karakter generasi muda bangsa, yakni Keluarga, Sekolah, Lingkungan Sosial, Televisi dan Media Sosial/Gadget. Khusus penggunaan Gadget dan media sosial, tidak ada lembaga pengawasnya, karena semua informasi dan pesan komunikasi pada media tersebut dapat diterima penggunanya tanpa ada filter dari institusi apapun secara efektif. Akhirnya tidak sedikit anak-anak bangsa kita yang dididik dan dibentuk karakternya oleh medsos yang semua sistemnya, facebook, tiwtter, instagram dan lain-lain yang dibuat dan dikendalikan oleh pihak asing.

Basarah melanjutkan, bahwa penjajahan dalam bentuk baru saat ini dilakukan lewat cara merusak masa depan generasi mudanya salah satunya melalui medium gadget. Lewat gadget inilah propaganda ideologi radikalisme dan liberalisme/kapitalisme masuk. Ditambah lagi, waktu yang dihabiskan bersama gadget justru lebih banyak dari waktu yang dihabiskan bersama keluarga dan sekolah sebagai institusi pembentuk utama karakter bangsa. Inilah tantangan kita hari ini yakni bagaimana kita menyelamatkan generasi bangsa dari serbuan nilai-nilai asing yang belum tentu cocok dengan kepribadian bangsa kita melalui kemajuan teknologi informasi tersebut.

“Momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018 ini hendaknya kita jadikan momentum akan pentingnya untuk memasukkan kembali mata pelajaran Pancasila sebagai mata pelajaran pokok dan wajib ke dalam semua jenjang kurikulum pendidikan nasional termasuk lembaga-lembaga pendidikan internasional yang beroperasi di Indonesia agar generasi muda bangsa ini punya daya tahan ideologis yang kokoh,” ujarnya.

Ketua Umum MUI, KH. Ma’ruf Amin dalam sambutannya mengatakan Pancasila adalah titik temu atau kalimatunsawa di antara golongan-golongan dalam bangsa Indonesia.

“Kalau ada yang mempersoalkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara adalah sikap yang tidak benar. Kenapa kita menolak khilafah karena bukan berarti khilafah tidak cocok dengan Islam melainkan Islam tidak hanya khilafah. Negara-negara Islam bisa berbentuk kerajaan seperti di Arab Saudi, bisa bentuk ke-emir-an seperti Qatar, Kuwait dan bisa juga berbentuk republik. Intinya, mengapa kita menolak khilafah karena kita sudah punya kesepakatan yakni Pancasila dan UUD 1945 yang mengatur negara kita berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.” ujarnya. dedy mulyadi

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *