10 Tahun Merantau, Hartatik Pulang ke Bondowoso Usai Dideportasi dari Malaysia

  • Whatsapp
Hartatik TKW asal Bondowoso saat tiba di Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dan Tenaga Kerja Bondowoso, dengan didampingi Tim NKI. (Rois/beritalima.com)

BONDOWOSO, beritalima.com – Air mata Hartatik, warga Desa Taal, Kecamatan Tapen, Bondowoso, Jawa Timur, tak terbendung saat kakinya kembali menginjak tanah kelahiran. Sepuluh tahun ia habiskan di negeri jiran Malaysia, bekerja serabutan demi menghidupi keluarga di kampung. Kini, ia pulang tanpa membawa harta, namun hati lega karena bisa berkumpul kembali dengan orang-orang tercinta.

Proses pemulangan Hartatik tidaklah mudah. Ia sempat terjerat masalah di Malaysia, namun berkat koordinasi cepat antara Pemkab Bondowoso, KBRI, pemerintah pusat, dan pemerintah Malaysia dengan bantuan koordinasi anggota DPR RI Nasim Khan , Hartatik akhirnya berhasil dipulangkan dalam waktu singkat.

Bacaan Lainnya

Direktur Nasim Khan Indonesia, Aurangzeb, mengungkapkan rasa syukurnya atas kerja sama semua pihak.

“Alhamdulillah, kita bisa memulangkan salah satu warga Bondowoso yang bermasalah di Malaysia. Kita berkolaborasi dengan Pemkab, KBRI, dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang juga Menteri Koordinator Pemberdayaan Rakyat,” ujarnya, Jumat (15/8/2025).

Aurangzeb menambahkan, selain Hartatik, ada delapan warga lain dari Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi yang juga berhasil pulang dengan selamat.

“Delapan orang itu terdiri dari empat warga Banyuwangi, tiga warga Situbondo, dan satu dari Bondowoso, yaitu Ibu Hartatik. Semua termasuk dapilnya Nasim Khan. Ini termasuk kategori cepat karena semua pihak, dari daerah hingga pusat, bergerak bersama,” tegasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dan Tenaga Kerja Bondowoso, Nunung Setianingsih, mengingatkan masyarakat agar tidak berangkat ke luar negeri secara ilegal.

“Kerja di negeri orang tidak selalu nyaman. Lebih baik di negeri sendiri, atau kalau mau ke luar negeri, jalani prosedur resmi agar aman,” katanya.

Nunung berharap Hartatik bisa memanfaatkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga setelah 10 tahun merantau. Ia juga mengajak semua pihak, mulai dari pemerintah desa, kecamatan, hingga tokoh masyarakat, untuk mengedukasi warga agar tidak berangkat lewat jalur ilegal.

Hartatik sendiri bercerita bahwa ia pertama kali berangkat ke Malaysia pada 2016 melalui jalur belakang. Hidup di sana penuh lika-liku, dengan penghasilan pas-pasan.

“Macam-macam pekerjaan sudah saya jalani. Kadang seminggu dapat 500 ringgit, dipakai bayar rumah, makan, dan sisanya dikirim ke anak di kampung,” kenangnya.

Ia mengaku pulang tanpa membawa uang karena sempat terlantar selama bertahun-tahun di Malaysia.

“Sekarang yang penting pulang selamat dan bisa berkumpul dengan keluarga. Nanti kalau ada kerja apa saja yang halal, saya mau,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Bagi Hartatik, kepulangan kali ini bukan hanya sekadar kembali ke rumah, melainkan awal baru untuk menata kehidupan. Sementara bagi Pemkab Bondowoso, kisah ini menjadi pengingat pentingnya memberi edukasi kepada masyarakat agar menghindari jalur ilegal saat mencari penghidupan di luar negeri. (*/rois)

beritalima.com

Pos terkait