153 Prajurit TNI Kogasgabpad Palu Kembali ke Satuannya

  • Whatsapp

Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Pangkogasgabpad) Penanggulangan Bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi Mayjen TNI Tri Soewandono melepas keberangkatan 145 Prajurit TNI dari satuan Brigade Infanteri 22/Ota Manasa Gorontalo dan 8 personel dari Penerbangan TNI AU, yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) kembali ke satuannya masing-masing, bertempat di Makorem 132/Tadulako, Palu, Sulteng, Selasa (30/10/2018).

153 Prajurit yang dilepas oleh Pangkogasgabpad tersebut diantaranya 145 personel dari Brigade Infanteri 22/Ota Manasa yaitu Batalyon Infanteri 713/SST dan Batalyon Infanteri 715/MTL yang akan kembali ke Markasnya di Gorontalo. Sedangkan 8 personel dari Penerbangan TNI AU akan kembali ke Jakarta, karena telah selesai melaksanakan tugas penanganan bencana alam di Sulawesi Tengah.

Dalam pengarahannya Pangkogasgabpad Mayjen TNI Tri Soewandono mengatakan bahwa masa Tanggap Darurat ke-2 telah berakhir dan beralih ke Transisi Darurat Menuju Pemulihan, sehingga tugas-tugas Kogasgabpad dinyatakan telah selesai. “Maka satuan-satuan yang tergabung dalam Kogasgabpad secara bergantian akan dipulangkan ke kesatuannya masing-masing,” katanya.

Mayjen TNI Tri Soewandono mengatakan bahwa TNI dan Komponen lainnya seperti Kepolisian dan Kementerian melaksanakan tugas kemanusiaan ini untuk mempercepat roda perekonomian, roda kehidupan pasca gempa bumi, tsunami dan likuifaksi. “Kita semuanya bahu membahu dan Track Record di lapangan dari masyarakat dan Bupati menyampaikan bahwa bantuan yang diberikan kepada masyarakat sangat membantu,” ujarnya.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada kalian semuanya yang telah melaksanakan tugas dengan baik, begitu juga dengan Penerbang TNI AU yang sudah banyak membantu kesulitan masyarakat di Sigi, Donggala dan Palu,” ucapnya.

Ditambahkan oleh Pangkogasgabpad bahwa Penerbang TNI AU juga luar biasa, dengan adanya bantuan-bantuan yang dikirimkan melalui udara, khususnya masyarakat Desa Kuwali dan Desa Lende merasa sangat terbantu, karena pada saat gempa terjadi jalan menuju daerah tersebut tertutup akibat terjadinya longsor, sehingga untuk mengirimkan bantuan hanya melalui jalur udara. “Saat ini jalur darat sudah berfungsi kembali maka untuk pengiriman bantuan lewat udara kita hentikan,” jelasnya.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *