Abdul Halim Upayakan Tingkatkan IPM Masyarakat Madura

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com-
Stigma yang berkembang di masyarakat Madura terkait tidak pentingnya pendidikan, membuat mindset masyarakat Madura terbiasa dengan memfokuskan diri untuk bekerja, lebih utamanya sebagian besar mereka berprofesi sebagai pedagang.

Banyak orang-orang Madura yang sukses dan kaya raya tanpa perlu berpendidikan tinggi. Para pengusaha tersebut sebagian besar hanya menamatkan pendidikan di jenjang sekolah dasar atau SMP saja.

Karena itu, menurut BPS (Badan Pusat Statistik) provinsi Jawa Timur, masyarakat Madura menempati rating terendah di sektor IPM (Indeks Pembangunan Manusia).

Menanggapi fenomena tersebut, anggota DPRD provinsi Jatim Abdul Halim mengungkapkan bahwa merubah pola pikir masyarakat di Dapilnya tersebut, bukanlah pekerjaan yang mudah.

Meskipun pihaknya mengaku berbagai strategi dilakukan, hasilnya belum menunjukkan tanda-tanda yang memuaskan.

“Ya ini semua kan harus ada goodwill dari pemerintah daerah tingkat kabupaten di Madura. Jadi problematika terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia itu memang di variabel pendidikan itu terus terang menjadi tantangan,” terang ketua komisi D DPRD provinsi Jatim ini.

“Maka usulan saya secara pribadi ketika harus turun ke masyarakat,
boleh mengalokasikan dari dana desanya itu untuk mensupport dari anak-anak desa yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Minimal anak-anak yang bersekolah di tingkat SMA SMK dan yang sederajat. Itu yang kemudian menjadi tantangan kita dalam rangka untuk bagaimana memberikan semangat kepada anak-anak Madura yang putus sekolah agar bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan di SMA SMK,” sambungnya.

Menurut Halim, banyaknya orang Madura yang mengadu nasib sebagai tenaga kerja Migran di luar negeri, karena mereka memiliki alasan yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

“Menjadi TKW atau TKI itu betul-betul menjanjikan, ditinjau dari berbagai macam aspek ya, bagaimana perekonomian mereka meningkat, terus kemudian mereka bisa mensejahterakan keluarga, bisa membiayai anaknya sekolah sampai kuliah, jadi dibandingkan jika mereka tetap tinggal di Madura, mereka tidak bisa berbuat banyak,” tukasnya.

Politisi partai Gerindra tersebut menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya mengajak kalangan Milenial dan GenZi untuk menempuh pendidikan formal yang dibutuhkan untuk masa depan mereka.

“Di pondok-pondok pesantren, kita juga giat melakukan sosialisasi kepada kalangan Milenial dan GenZi untuk giat bersekolah, giat menuntut ilmu, giat mengejar cita-cita setinggi langit. Kalau tidak dapat langitnya, setidaknya kita bisa mencapai bulan dan bintang,” pungkasnya.(Yul)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait