Aceh Tamiang Programkan Sekolah Model

  • Whatsapp
Metode pembelajaran aktif, peserta merangkai buah jeruk sebagai sumber energi listrik untuk pembelajaran IPA di SD dan MI

KARANG BARU – Dinas Pendidikan Aceh Tamiang, Drs. Ikhwannuddin, akan mengalokasikan sejumlah anggaran untuk peningkatan mutu pendidikan dasar yang salahsatunya dengan cara menetapkan sekolah-sekolah model pembelajaran dan manajemen berbasis praktik yang baik. “Kita harapkan setiap Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan memiliki minimal satu sekolah model setiap jenjang di wilayahnya sebagai tempat belajar bagi guru lain,” kata Ikhwannuddin, saat menutup kegiatan Pelatihan Modul 4 USAID PRIORITAS yang diikuti oleh 40 fasilitator daerah di SMPN 1 Kuala simpang (15/3).

Kadisdik berharap fasilitator daerah tetap berkomitmen dan menjadi motor penggerak untuk peningkatan praktik yang baik di sekolah-sekolah pasca berakhirnya program USAID. Pembenahan utama dimulai dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) agar kepala sekolah, komite, wali murid dan masyarakat secara bersama solid menggerakkan sekolah berkualitas dan permodelan.”Kita akan mengeluarkan SK kepada para fasilitator kita untuk tetap melanjutkan praktik yang baik di sekolah, KKG, MGMP dan merencanakan unjuk karya praktik yang baik bagi sekolah-sekolah kita,” jelas kepala dinas.

Koordinator USAID Prioritas Aceh Tamiang, Rahmi Jafar menjelaskan bahwa Modul 4 ini melengkapi tiga modul sebelumnya yang sudah dilatihkan kepada 24 SD/MI dan SMP/MTs mitra di Aceh Tamiang, yaitu modul 1 PAKEM/pembelajaran kontekstual, modul 2 pendekatan saintifik, dan modul 3 keterampilan informasi. Lebih lanjut Rahmi menjelaskan, salah satu materi yang diajarkan adalah tentang miskonsepsi saat mengukur segitiga. Selama ini, ‘garis tinggi’ segitiga selalu digambarkan tegak. Garis tinggi didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut secara tegak lurus terhadap alas, dan alas selalu dianggap berada di bagian bawah segitiga dan horisontal. Akibatnya, siswa mengalami kesalahan dalam menentukan garis tinggi segitiga yang miring.

Padahal, alas itu lebih tepat digambarkan sebagai ‘sisi’ di hadapan titik sudut tersebut atau perpanjangan sisi tersebut dalam hal segitiga tumpul. Maka, garis tinggi segitiga tepatnya didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut tegak lurus terhadap sisi di hadapannya atau terhadap perpanjangan sisi tersebut. “Miskonsepsi sering terjadi dalam pembelajaran matematika, sedangkan sulit mengajar kebanyakan teks berbasis fakta dan fiksi secara aktif dan keterbatasan penguasaan guru dalam mengajarkan membaca permulaan pada Mapel Literasi atau Bahasa Indonesia.” Jelas Rahmi. Pada pelatihan ini difokuskan pada 3 mata pelajaran, yaitu literasi/bahasa Indonesia, matematika, dan IPA. ***

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *