Ada Upaya Masif Membengkokkan Sejarah G-30-S/PKI Tahun 1965

  • Whatsapp

Catatan: Yousri Nur Raja Agam MH
SETIAP akhir September, kita diingatkan kepada peristiwa bersejarah yang kelam di tahun 1965. Bagi para generasi muda di era reformasi sekarang ini, kelihatannya ada yang bingung mengikuti sejarah tentang Gerakan 30 September (G30S) tahun 1965 yang didalangi PKI (Partai Komunis Indonesia) itu.


Kendati PKI sudah dibubarkan dan dilarang hidup di bumi Indonesia, namun gerakan “misterius” kembali muncul. Bahkan upaya membengkokkan sejarah G-30-S/PKI tahun 1965 itu semakin terasa. Masif dan tersistematis.


Kaum milenial diombang-ambingkan berbagai informasi yang menyesatkan. Apalagi, kini guru dan dosen bagi para murid, siswa dan para mahasiswa, bukan hanya yang berada di ruang kelas atau perkuliahan. Mereka bisa berhadapan langsung dengan sang mahaguru, “mbah Google” di internet sebagai kampusnya.di dunia maya.


Jangan salahkan, kalau kini para kakek dan nenek, ayah dan ibu mereka yang berjuang serta lahir di zaman Orde Baru (Orba), terpaksa “mengurut dada”. Sebab, anak-anak sekarang sudah mengalami perubahan pola pikir yang tidak sama. Generasi era reformasi ini, bagaikan berlayar di tengah hantaman gelombang badai. Terjadi perbedaan dalam biduk sejarah yang berkaitan dengan peristiwa G30S/PKI tahun 1965. 


Selama 32 tahun masa Orde Baru berkuasa, tahun 1966 hingga 1998, mayoritas rakyat Indonesia sudah hafal peristiwa yang terjadi di negara ini. Segala bentuk kegiatan Poleksosbud dan Hankam (Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pertahanan Keamanan) di  tiga dekade itu. 


Tiga generasi sudah kenyang melahap sejarah sejak zaman Orde Lama (Orla) yang beralih ke rezim Orde Baru, terus ke era Reformasi. Generasi zaman ini tahu persis sepak terjang Presiden Sukarno dan Jenderal Soeharto, serta era Reformasi yang sudah dipimpin lima orang presiden.
Masa Presiden Soeharto, situasi berubah akibat derasnya tuntutan Kesatuan Aksi Angkatan 66 yang disebut Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat). Ke tiga tuntutan itu adalah: Bubarkan PKI, Turunkan Harga dan Resufle Kabinet 100 Menteri.


Politik Nasakom (Nasional, Agama dan Komunis), serta  Demokrasi Terpimpin zaman Bung Karno, diubah menjadi Demokrasi Pancasila. Ekonomi yang merosot ditegakkan dengan menggiatkan pembangunan secara berencana. Pak Harto menatanya dengan tahapan Pelita (Pembangunan Lima Tahun). 


Kendati sejarah masa lalu terbentang luas, namun alam pikir generasi sekarang bisa berkembang tanpa guru dan dosen. Cermin sejarah itu terpapar di hadapan mereka tanpa bingkai. Kisah dan cerita, beserta riwayat yang dibuat berdasarkan legenda, tutur tinular, bahkan merujuk kepada babad dan tambo, kini dapat mengubah alur sejarah yang sebelumnya sudah baku. 


Satu generasi “terputus”, lahir generasi yang sama sekali tidak tahu peristiwa sebenarnya di tahun 1965-1966. Mereka inilah yang membuat perubahan sejarah berdasarkan ilmu teknologi dan informasi yang canggih. Bahkan tanpa konfirmasi.


Generasi tua merasakan adanya “cuci otak” terhadap generasi baru, yang disebut milenial ini. Anak-anak muda seolah-olah dimasukkan ke alam gaib yang menimbulkan berbagai pandangan sejarah. Sehingga, terjadi pro dan kontra, bahkan perbedaan yang berhubungan dengan peristiwa G30S/PKI di tahun 1965 beserta rangkaiannya. 


Ternyata perubahan cakrawala pandang itu terjadi akibat di antara generasi sekarang adalah anak dan cucu, para “pesakitan” akibat kekuasaan Orba. Mereka yang bangkit di era reformasi ini ingin “balas dendam”. Dengan segala cara, berdalih meluruskan sejarah yang dibengkokkan, maka anak-cucu dari “pesakitan” itu, ada yang secara fulgar menyebut sejarah zaman Orba, adalah sejarah yang dibengkokkan yang perlu diluruskan. 

Bagaimana pun juga, sejarah adalah sejarah. Sehingga, layak  kita runtut sejarah G30S/PKI yang berbuntut penculikan dan pembunuhan para jenderal dan perwira TNI (Tentara Nasional Indonesia), serta ada juga yang dari Polri (Kepolisian Republik Indonesia). Se deretan nama yang disebut Pahlawan Revolusi adalah korban kebiadaban para pelaku G30S/PKI.

Para pelaku memusatkan aksinya di wilayah  Lubang Buaya, dekat Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, pada malam hari menjelang pagi tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965. Tragedi berikutnya  juga terjadi di Jogjakarta. Pahlawan Revolusi itu dicatat sebanyak sepuluh orang, delapan di Jakarta dan dua di Jogjakarta. 


Sepuluh Pahlawan Revolusi itu adalah: Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen Mas Tirtodarmo Haryono,  Letjen Siswondo Parman, Brigjen Donald Isaac Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo,  Kapten CZI Piere Andreas Tandean, Ajun Inspektur Polisi (AIP) Karel Satsuit Tubun. Selain delapan orang itu, dua perwira gugur di Jogjakarta, yakni: Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel R.Sugiyono Mangunwiyoto. 
Sepuluh Pahlawan Revolusi itu, adalah bukti sejarah akibat perbuatan keji G30S/PKI.  Komandan Cakrabirawa, Letnan Kolonel (Letkol) Untung, secara resmi mengumumkan dirinya sebagai Pimpinan Tertinggi G30S. Para perwira tinggi yang diculik dan dibunuh itu, dinyatakan “musuh”, dengan tuduhan sebagai anggota Dewan Jenderal yang akan mengkudeta kepemimpinan Presiden Sukarno.  


Setelah ditelusuri, terbukti G30S ini didalangi oleh PKI. Kemudian dengan terbitnya Surat Perintah tertanggal 11 Maret 1966 (Supersemar) dari Presiden Sukarno kepada Jenderal Soeharto, maka tanggal 12 Maret 1966, PKI dibubarkan. Keputusan ini kemudian dikukuhkan dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (TAP MPRS) No.XXV/MPRS/1966 tantang Larangan Ajaran Komunisme/Marxisme di bumi Indonesia.


Tidak hanya itu, kemudian para Mahasiswa dan Pemuda Pelajar yang tergabung dalam organisasi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia) bangkit. Mereka kemudian didukung pula oleh berbagai kesatuan aksi.Para guru bangkit dengan KAGI, buruh (KABI) dan sarjana (KASI).


Seluruh massa kesatuan aksi ini, kemudian dikenal sebagai Angkatan 66. Terjadi gerakan sporadis di seluruh daerah di Indonesia. Sehingga, segala bentuk kegiatan yang berbau komunis, dilarang di bumi Nusantara. (**)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait