JAKARTA, Beritalima.com– Potensi kerawanan pada pemilu serentak 17 April mendatang ada di Pulau Jawa yakni provinsi dengan jumlah penduduknya terpadat seperti Jawa Timur, Jawa Tengan serta Jawa Barat.
“Suara pemilih baik itu untuk pemilu presiden maupun pemilu legislatif paling banyak diperebutkan di ketiga provinsi ini,” kata pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Adi Prayitno.
Menurut Adi, potensi kerawanan tersebut dilihat berdasarkan jumlah penduduk di masing-masing daerah. Karena jumlah pemilih menjadi kata kunci kemenangan khususnya untuk pilpres.
Dikatakan, indeks kerawanan pemilu memang sering dikeluarkan Badan Pengawas Pemilu Bawaslu (Bawaslu). Namun, setiap pemilu memiliki pola kerawanan berbeda.
Kerawanan pemilu di Pilpres kali ini terletak di provinsi dengan jumlah pemilih terbesar yakni Jawa Barat (31 juta pemilih), Jawa Timur (29 juta) dan Jawa Tengah (28 juta). “Akumulasi jumlah pemilih di ketiga wilayah itu hampir setengah jumlah pemilih nasional.”
Menurut dia, ketiga provinsi ini menjadi primadona bagi kedua pasangan capres-cawapres untuk mendulang suara. Di Jawa Barat, Jokowi kalah di Pilpres 2014. Kini dia menilai Jokowi tidak ingin mengulangi kesalahan kedua.
“Jokowi pasti tak ingin mengulangi kegagalan mendulang suara di Jawa Barat. Dia dipastikan berjuang untuk mendulang suara di daerah ini. Bila tidak mampu menyalipminimal ‘draw’. Di Jawa Timur ditengarai juga akan menjadi medan tempur yang hampir sama dengan Jawa Barat,” kata dia.
Jawa Tengah merupakan wilayah Prabowo mengalami kekalahan pada 2014, sehingga Prabowo berupaya “menggempur” wilayah itu. “Saya menduga ketiga tempat itu akan menjadi ladang subur pertarungan kedua kandidat, apapun akan dilakukan untuk mengapitalisasi kemenangan,” demikian Adi Prayitno. (akhir)