Adik dari Ibuku

  • Whatsapp
(Sumber foto: https://images.app.goo.gl/D7R25eZbxJGcrn7a7)

Ibuku adalah anak keempat dari dua belas bersaudara. Salah satu adik perempuannya kupanggil dengan sebutan tante.
Ya, tanteku. Dia anak keenam dari keluarga Ibuku. Semenjak kecil aku sangat dekat dengannya. Jika hari libur tiba, aku pergi ke rumahnya. Aku diajaknya jalan-jalan ke mall, membeli pakaian baru, makan-makan, dan bermain.

Tanteku tahu bahwa aku suka sekali dengan buah-buahan. Ia selalu membelikanku buah yang banyak. Meskipun aku tahu uangnya kadang habis memenuhi semua kebutuhannya dan jika tanggal tua ia pasti belum mendapat gaji, tetap saja dia mengutamakanku. Ia juga selalu ingat hari ulang tahunku dan tidak pernah lupa mengucapkannya.

Sebelum ia menikah, sering kali tanteku datang ke rumah dengan membawa oleh-oleh. Dia selalu perhatian kepadaku dan saudara-saudaraku. Ia selalu memberi uang jajan untukku dan saudaraku.
Aku selalu ingin mengunjunginya ketika liburan tiba. Aku juga tidak mau pulang jika datang ke rumahnya. Aku akan menangis jika ia pergi bekerja. Begitulah ketika aku masih kanak-kanak.

Tanteku menikah ketika usianya kepala tiga. Pernikahannya diadakan di kampung halaman sehingga aku tidak menghadiri pestanya. Aku sedih, tapi berharap ia bahagia bersama pasangannya.
Aku tahu ketika ia menikah umurnya tidak lagi muda dan saat itu ia tidak kunjung diberikan momongan. Padahal usia pernikahannya sudah bertahun-tahun. Aku berdoa agar ia bisa cepat diberikan keturunan. Tahun demi tahun berlalu. Ia semakin bertambah umur. Tidak mungkin lagi untuk melahirkan karena berisiko tinggi diusia kepala empat. Akhirnya tanteku memutuskan mengadopsi seorang anak.

Keinginan itu tidak serta-merta langsung terwujud, ada proses dan penantian yang begitu panjang. Ia berusaha mencari informasi perihal mengadopsi anak. Tidak semudah yang dibayangkannya. Hingga pada akhirnya semua perjuangan itu tidak sia-sia. Apa yang ditunggunya selama bertahun-tahun terwujud.

Tanteku mengadopsi bayi laki-laki. Usianya baru beberapa bulan saat itu. Ia diberi nama Michael. Namun, kondisinya sangat memprihatinkan. Tubuhnya kurus dan kecil. Pertama kali melihatnya aku sangat kasihan.

Tanteku dengan sabar merawat Michael. Dia sangat menyayanginya. Dia sangat bahagia bisa menggendong seorang bayi. Sampai beberapa bulan kemudian, kondisi Michael mulai membaik, tidak seperti pertama kali ia dibawa ke rumah tanteku.

Ketika ada acara keluarga, Michael turut serta dibawa. Aku senang sekali akhirnya raut wajah tanteku tidak sedih lagi ketika melihat adik-adiknya yang lain mendahului dia punya momongan.
Tanteku adalah wanita karier. Dia biasa bekerja setiap harinya. Jadi, Michael dibawa oleh uda (sebutan paman dalam bahasa batak) ke warung mereka. Usaha warung yang dijalankan tanteku dan suami tidak berada di rumahnya. Namun, di tempat berbeda dan cukup jauh dari rumahnya. Setiap hari ketika tanteku bekerja maka Michael bersama udaku. Walaupun begitu, tanteku akan datang ke warung menjemput Michael jika pekerjaannya telah selasai. Udaku biasa pulang larut malam untuk menutup warung.

Tidak terasa Michael merayakan ulang tahun pertamanya pada 2019. Tanteku mengajak serta keluarga makan-makan bersama. Michael telah begitu sehat dan gemuk. Itu semua karena keuletan tanteku mengurusnya. Ia begitu menyayanginya meskipun tidak lahir dari rahimnya sendiri.
Suatu ketika, aku mendengar Michael jatuh sakit. Entah itu batuk-batuk, demam, dan panas.

Namun, ia selalu dibawa berobat. Aku pikir keadaannya baik-baik saja setelah minum obat.
Februari 2020 menjadi momen yang tidak terlupakan untuk tante dan udaku. Michael jatuh sakit. Awalnya tanteku pikir Michael yang tidak mau makan dan terus menangis adalah sakit biasa. Namun, ia harus dibawa ke rumah sakit. Panggilan telepon datang dari tanteku. Ia mengatakan pada Ibuku bahwa Michael dirawat di rumah sakit dan kondisinya kritis. Tanteku terus saja menangis, tapi Ibuku menenangkannya, memberikan kekuatan dengan doa.

Telepon berdering kedua kalinya. Masih dari tanteku. Ia menangis tersedu-sedu yang terdengar dari balik suara ponsel. Kabar duka datang darinya, Michael pergi untuk selamanya. Tentu saja aku tersentak ketika mendengar kabar itu. Ibuku pun begitu. Aku menangis, begitu menyedihkan. Aku ingat bagaimana ia menantikan seorang anak selama bertahun-tahun, semua perjuangannya, kepahitannya. Aku sangat sedih. Tak bisa kubayangkan bagaimana perasaanya.

Tanteku begitu menyayangi Michael. Aku tahu Michael adalah anugerah terindah baginya dan hal itu menjadi kekuatan dalam hidupnya. Sampai harus tiba waktunya Michael berpulang ke rumah Tuhan. Aku tahu dia sangat terpukul dengan kepergian Michael. Aku bahkan tidak percaya dengan kepergian sepupuku yang begitu cepat itu.

Ketika berita duka itu datang. Malamnya aku dan keluargaku berkunjung ke rumah duka. Kulihat di depan peti mati Michael. Tanteku menangis sambil menyebut nama anak semata wayangnya itu. Sambil mengelus wajah Michael dan menciumi baju-bajunya. Aku tak kuasa menahan kesedihanku. Air mataku sudah tidak terbendung lagi. Saat aku ingin memeluknya aku katakan, “Yang kuat ya, Tan” . Kesedihan yang dirasakannya begitu pahit.

Aku tahu proses yang begitu panjang ia lewati untuk mendapatkan Michael. Namun, Tuhan berkata lain. Michael telah tiada. Kejadian itu bukan hal yang mudah bagi tanteku. Kulihat foto profil tanteku di salah satu aplikasi chat memasang foto Michael. Aku tahu itu hal yang sulit baginya. Aku tahu dia begitu mengasihi Michael.
Ia begitu merindukan seorang anak. Ia ingin ada yang merawat dirinya di hari tua. Namun seolah-olah harapannya sirna.

Setelah kepergian Michael. Kudengar tanteku ingin mengadopsi anak kembali. Sekalipun tidak mudah proses yang dihadapi. Namun, aku yakin tanteku mampu mengahadapinya.
Aku ingin mengatakan bahwa aku jugalah anaknya. Tanteku tidak sendiri. Aku berdoa kepada Tuhan supaya ia selalu diberikan kekuatan. Aku sangat mencintai tanteku. Dia wanita yang kuat.

Christine Sheptiany

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait