Galangan kapal dalam negeri yang berhasil membangun kapal ternak pertama adalah PT Adiluhung Saranasegara Indonesia (ASSI). Perusahaan berbasis di Pulau Madura ini anak perusahaan pelayaran PT Dharma Lautan Utama (DLU). Dia telah membuat kapal ternak ukuran 2.000 GT (gross tonnage) dalam tempo 15 bulan.
Berbekal pengalaman membangun 50 kapal, galangan ini telah menyerahkan kapal ternak pesanan Kementerian Perhubungan sesuai target waktu dan mutu. Direktur Utama ASSI, Anita Puji Utami, mengatakan, kapal ternak ini merupakan kapal Prototype.
Kapal ternak yang dibangun Adiluhung ini mengacu Australian Maritime Safety Authority (AMSA) Five Freedom terkait dengan kesejahteraan hewan. Acuan ini cukup rumit, karena ada sejumlah standar yang harus dipenuhi, seperti sistem ventilasi dan supplai udara agar ternak tidak kepanasan dan stres.
Diutarakan, kapal ternak ini salah satu dari 10 kapal pesanan Kementerian Perhubungan. Dari jumlah tersebut, tiga kapal dijadwalkan rampung tahun ini, dan tujuh lainnya ditargetkan selesai pada 2017.
Saat ini ASSI memiliki kemampuan membangun kapal baru berkapasitas hingga 2.000 DWT. Galangan ini juga memiliki fasilitas lain seperti floating dock berkapasitas hingga 3200 TLC, slipway (tempat peluncuran kapal), dan reparasi kapal (docking repair) hingga bobot 3.000 DWT.
Anita mengungkapkan, pengembangan galangan terus dilakukan seiring dengan meningkatnya pesanan kapal baru dan reparasi. Kapasitas bangunan baru Adiluhung sudah bertambah 100 persen setelah dilakukan perluasan lahan, penambahan fasilitas, dan sumber daya manusia.
Pengembangan kapasitas dan fasilitas reparasi kapal mampu menampung 7 kapal dengan kapasitas hingga 10.000 GT per tahun. Fasilitas dermaga dengan daya tampung sepanjang 220 meter ini mampu menampung kapal berukuran 150-200 meter.
“Kami memiliki lahan sekitar 15 hektar, dan saat ini baru dimanfaatkan sekitar 50 persen. Pengembangan tahap pertama sudah dilakukan, yakni dermaga dilengkapi dengan perizinan sebagai terminal khusus untuk mengakomodasi kapal-kapal yang mengalami emergency,” ujarnya.
Keunggulan utama dari Adiluhung adalah lokasinya yang strategis, karena berada di muara Selat Madura sebelah timur, sehingga galangan ini bisa berfungsi sebagai maintence facility bila ada kapal yang mengalami keadaan darurat, baik di Laut Jawa maupun perairan lainnya.
Fasilitas Adilihung sangat memadai, memiliki kedalaman laut lebih dari 10 meter, bahkan akan diperdalam hingga 15 meter, sehingga bisa melayani kapal generasi ketiga (panamax).
Selain melayani kebutuhan internal (PT. Dharma Lautan Utama) dan kapal-kapal yang beroperasi di sekitar perairan Surabaya dan Madura, Adiluhung juga melayani kegiatan penunjang fasilitas lepas pantai (offshore) yang banyak beroperasi di perairan Jawa Timur.
Tidak heran jika galangan yang berdiri sejak 1992 ini tidak hanya biasa mereparasi kapal penumpang, tetapi juga berbagai jenis kapal lain dengan berbagai ukuran, seperti kapal kargo, kapal tunda dan tongkang, LCT, kapal patroli, kapal offshore, pinisi, dan kapal pesiar.
Peralatan bengkel dengan kapasitas yang terus ditingkatkan menjadikan Adiluhung sebagai maintenance fasilitator, tidak hanya dalam perawatan terhadap konstruksi kapal, tetapi juga perawatan sistem permesinan kapal.
Tidak kalah penting adalah kesiapan SDM untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan. Selain tim internal dan sinergi dengan galangan lainnya, untuk rancang bangun Adiluhung dibantu oleh tenaga ahli dari sejumlah perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Universitas Pattimura (Unpati).
Adiluhung saat ini memiliki sekitar 200 karyawan, sementara jumlah tenaga kerja kontraktor kapal lebih dari 1.000 orang. “Dengan semua kemampuan yang ada, kami yakin Indonesia sudah siap dan mampu menjadi pusat galangan kapal regional, bahkan dunia,” kata Anita. (Ganefo)