Jombang | beritaima.com – Perdebatan sengit antara Kepala Desa Temuwulan dengan Petugas Penyuluh Lapangan mengenai cara efektif budidaya ikan lele. Penyuluh menggunakan data konvensional yang telah diakomodir oleh lembaga Penyuluh tertingginya sedangkan Kepala Desa Temuwulan menggunakan cara efektifnya dengan siklus tebar benih padat di kolam yang berukuran 1m x 1m x 60cm, Kamis (10//2024).
Sedangkan siklus tebar benih padat yang diterapkan penyuluh berpedoman pada ukurna 1m x 1m x 1m hingga keduabelah pihak sama sama mengklam tingkat keberhasilannya. Sayangnya data yang dipegang oleh penyuluh berdasarkan data penyuluhan 10 tahun silam di Desa Pucangsimo Kecamatan Bandarkedungmulyo.
Kepala Desa menafikan apa yang disampaikan penyuluh karena tidak membuktikan baik secara fisik maupun secara visual dibanding budidaya Ikan lelenya yang dikelola membuktikan keberhasilananya secara fisik dan visua. Namun secara klinis belum dikuatkan dengan hasil uji lab kandungan gizi untuk membedakan antara siklus tebar benih padat 1m x 1m x 60cm dengan 1m x 1m x 1m.
Penyuluh juga belum bisa mengakomodir terobosan yang selama ini diterapkan oleh Kepala Desa Temuwulan di Kecamatan Perak sehingga tidak menyatu dan saling berdebat. Penyuluh hanya sebatas mencatat dan melaporkan untuk dijadikan referensi ke budidaya budidaya ikan lele yang lain.
Dalam penyampaiannya, penyuluh terhadap survey kolam tidak bisa lepas dari rujukan Kepala Balai Benih Ikan yang selam ini menjadi pedoman Petugas Penyuluh di lapangan. Sifatnya statis tidak bisa langsung mengcounter terobosan di lapangan, tugasnya hanya memberikan penyuluhan dan mencatat keluhan keluhan pembudidaya ikan.
Ironisnya Kepala Desa tersebut sampai saat ini masih belum puas terhadap kebijakan dinas terkait terhadap Desa Temuwulan sebagai sentra lele. Namun cara kerja Totok Joko Purnomo belum mengatongi rekognisi baik dari perguruan tinggi maupun HAKI dari Kementerian bahkan lebih bergengsi lagi mendapat pengakuan dari ISO tentang mutu.
Terkait mutu, pernah coba konfirmasi ke Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Jombang tahun lalu namun gagal mendapat tanggapan dari Kepala Dinas KPP Nurkamalia bahkan staf dinasnya malah menutup pintu resipsiones hingga wartawan ini tidak bisa mewawancarai salah satu pejabat yang ada di Dinas tersebut.
Jurnalis: Dedy Mulyadi