Oleh: Kholili
beritalima.com | Rol kehidupan manusia tidak akan terlepas dari dektum norma tuhan melalui nabi dan rasul sebagai pembawa risalah dalam membenahi keadaan dunia. Fase ke fase kenabian tuhan memberikan ruang dan amanah yang berbeda-beda. agama merupakan instrumen nilai yang terpancar dari dunia absolut ke dunia nyata dalam mengaungkan kebesaran Tuhan dan menciptakan ruang kebebasan nilai nurani manusia.
Agama merupakan pranata hukum yang mengatur kehidupan manusia, realitas bermusuhan, caci maki dan saling fitnah menjadi akar kehancuran agama sebagai keyakinan mind solution dari persoalan. agama hadir sebagai instrumen nilai tuhan dalam dunia nyata, membantu manusia terhubung denganNya. Manusia punya hak pilih untuk menentukan agamanya, dimana agama yang dia yakini akan menolong dia untuk lebih dekat atau berhubungan denganNya.
Agama dan manusia merupakan satu nilai yang tidak bisa di pisahkan, spesies yang saling melengkapi sebagai struktur tubuh yang menjelma menjadi daging dan memproduksi keyakinan, keyakinan melahirkan tuhan dalam dunia nyata.
Jika kita merefleksikan kembali ingatan kita pada sosok gusdur maka kit akan menemukan sebuah subtansi nilai dari agama dan manusia bahwa saat kamu memusuhi orang yang berbeda agama dengan kamu, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, tapi agama. Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, tapi moral. Pertuhankanlah Allah, bukan lainnya. Dan, pembuktian bahwa kamu mempertuhankan Allah, kamu harus menerima semua makhluk. Karena begitulah Allah.”
Dengan kata lain, Gus Dur mencoba mendorong manusia berperilaku sebagaimana Allah berperilaku terhadap makhluk-makhluk-Nya. Secara emplisit agama memangil manusia untuk membumikan nilai-nilai tuhan, Dalam diri manusia dan perilakunya hendaknya bisa ditemukan sifat-sifat Allah dengan segala kemuliaan dan keluhuran-Nya terutama dalam hal kasih sayang pada semua makhluk.
Bagi prof. Haidar nasir dalam bukunya yang berjudul islam tuhan dan islam manusia mengatakan “manusia yang beragama jangan pernah memandang kulit agama tapi nilai semua agama” selaras dengan perkataan bung hatta “apabila kamu cinta agama maka cintailah manusia tanpa harus memandang siapa dan agama apa”.
Pentingnya kita merefleksikan kembali arti agama, ada tiga nilai dalam agama yang jarang sekali dijadikan manifestasi dari kehidupan manusia yakni cinta, damai, dan kerja sama. Jika ingin menghentikan kekacauan, kembalilah pada agama. Tetapi, jangan pilih bagian kulitnya. Pilihlah spiritualnya. Semua agama beresensikan spiritualitas yang sama, yakni cinta, damai, dan kerja sama. Maka suatu keniscayaan bagi kita, apabila agama dijadikan inspirasi kehidupan kita.