JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi VII DPR RI membidangi Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Ilmu Pengetahuan&Teknologi (Iptek) serta Lingkungan Hidup (LH), Dr H Mulyanto meminta Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan inestigasi komprehensif atas karamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di Perairan Utara Bali beberapa hari lalu.
“Investigasi ini perlu dilakukan agar tak terjadi kesimpangsiuran kabar dan menimbulkan polemik yang bersifat politis. Selain tujuan itu, pemahaman atas penyebab kecelakaan menjadi penting bagi pengoperasian kapal selam Indonesia yang lain di masa mendatang,” ungkap Mulyanto dalam keterangan pers, Senin (26/4).
Untuk itu, jelas Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI bidang Industri dan Pembangunan itu, perlu pendayagunaan kemampuan sumber daya Ilmu Pengetahuan&Teknologi (Iptek) kelautan dalam rangka investigasi komprehensif.
Wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Banten tersebut juga meminta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendayagunakan lembaga riset kelautan yang dimiliki Indonesia.
Baik itu yang ada di Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Balitbang Kementerian Teknis seperti Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Kementerian ESDM, maupun lembaga riset kelautan yang ada di Perguruan Tinggi.
Menurut Mulyanto, kemampuan teknologi lembaga-lembaga riset ini harus terus diasah dan disempurnakan melalui penerapan dalam penugasan agar semakin tangguh.
Sebagai negara bahari, ungkap dia, Indonesia harus terus meningkatkan kemampuan teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) kelautan. Karena itu, Pemerintah perlu menyusun rencana pengembangan kemampuan teknologi kelautan agar kapasitas dan kapabilitasnya semakin meningkat dan dapat diandalkan.
Nanti, lanjut doktor nuklir lulusan Tokyo Institute of Technology (Tokodai), Jepang 1995 itu, kemampuan teknologi ini dapat dimanfaatkan dalam mengelola sumber daya kekayaan laut termasuk untuk tugas perbantuan kasus-kasus kecelakaan laut.
“Dalam kasus ini, kita perlu mengerahkan semua kemampuan riset yang dimiliki guna menganalisis penyebab kecelakaan KRI Nanggala 402 secara akurat, sehingga tidak menjadi polemik spekulatif yang bernuansa politis di masyarakat, serta berguna sebagai pelajaran bagi kita untuk tugas-tugas di masa yang akan datang,” jelas Mulyanto.
Diberitakan sebelumnya, KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang, Rabu (22/4). Di dalam pencarian,ditemukan barang yang diyakini milik Nanggala-402 di sekitar dua mil dari posisi KRI Nanggala 402 menyelam, yang antara lain berupa, pelurus tabung torpedo, pipa pendingin, botol sebagai pelumas naik turun kapal selam, alas shalat ABK serta beberapa spons.
Konfirmasi temuan barang dari KRI Nanggala 402 itu berhasil dilakukan melalui pemindaian menggunakan multibeam sonar, magnetometer serta melalui Remote Operation Vehicle (ROV) milik kapal Singapura MV Swift Rescue, yang diturunkan ke lokasi di kedalaman 830 meter, Minggu (25/4) dini hari atau tiga hari setelah KRI Nagggala 402 dinyatakan hilang.
Melalui visualisasi dengan menggunakan kamera itu diperoleh citra bawah air yang lebih detail meliputi kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tekan, kemudi selam timbul, bagian kapal yang lain termasuk baju keselematan awak kapal MK 11. Terlihat KRI Nanggala-402 terbelah menjadi 3 bagian. (akhir)