MALANG, beritalima.com|
Melambungnya harga kedelai impor dari Brazil, membuat perajin tempe dan tahu banyak yang gulung tikar. Kalaupun bertahan, mereka mengurangi ukuran tempe dan tahu yang dijual. Karena mereka sepakat tidak menaikkan harga jual, mengingat pangsa pasar tempe dan tahu adalah masyarakat kelas bawah.
Untuk itu, perajin tempe di Malang mencari alternatif pengganti kacang kedelai sebagai bahan baku tempe. Setelah harga kedelai terus meroket tak terkendali. Kacang Lupin merupakan tanaman kacang-kacangan dari Australia untuk mengurangi ketergantungan kedelai Amerika tersebut.
Demikian penjelasan yang disampaikan oleh anggota DPRD provinsi Jatim Dr Agus Dono Wibawanto MHum terkait polemik kedelai impor dari Brazil, Amerika.
Wakil ketua DPD partai Demokrat Jatim ini mengatakan bahwa kedelai impor dari Brazil sebenarnya sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah, karena kedelai impor Brazil ini tidak dikenai pajak impor.
“Berbeda dengan kedelai atau Lupin dari Australia. Sebenarnya harga Lupin jauh lebih murah, kualitasnya juga jauh lebih baik. Tetapi pajak biaya masuk ke Indonesia sangat mahal, sehingga harga kedelai Brazil dan Kedelai Lupin Australia ini bersaing,” tegasnya.
“Ada sejumlah perajin mencoba membuat tempe dari kacang Lupin,” ujar GusDon, panggilan akrab Agus Dono Wibawanto, menirukan Ketua Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Primkopti), Bangkit Usaha Kota Malang, Chamdani.
Menurut anggota komisi B DPRD ini, pihak Kedutaan Besar Australia secara besar-besaran mendekati perajin tahu dan tempe. Mereka menyediakan berbagai fasilitas agar para perajin mau beralih menggunakan kacang Lupin dengan harga yang jauh lebih murah, jika dibandingkan dengan kedelai impor dari Brazil, Amerika.
Lebih lanjut GusDon menjelaskan upaya mendorong kacang Lupin sebagai bahan baku alternatif tempe dimulai sejak 1980-an. Namun, karena bulir kacang Lupin ini dianggap terlalu besar tak banyak perajin yang tertarik. Apalagi, saat itu harga kedelai masih stabil. Namun kini bulir Lupin lebih kecil dan dikirim dalam kondisi kulit bersih dan siap diolah menjadi tempe.
Sekarang, setelah harga kedelai impor dari Brazil meroket para perajin kembali menoleh kacang yang banyak dihasilkan petani Australia ini. Sejumlah usaha kemitraan dengan perajin tempe dan tahu dilakukan bersama dengan pemerintah Australia.
“Australia membangun pasar kacang Lupin di Indonesia,” sambungnya.
Anggota DPRD provinsi Jatim tiga periode ini menegaskan, bahwa kacang Lupin tak berbeda dengan kacang kedelai. Bahkan kandungan protein lebih tinggi sedangkan kandungan lemak lebih rendah. Sehingga kacang Lupin lebih sehat. Namun cita rasa kacang Lupin sedikit lebih asam sehingga kurang menarik. Selain itu, kadar asam yang lebih tinggi menyebabkan tempe yang dihasilkan menjadi lengket.
Sedangkan tekstur kacang Lupin sama dengan kacang kedelai sehingga cocok menggantikan kedelai. Sedangkan dari sisi warna tempe, kacang Lupin lebih kuning dan menarik. Beberapa uji coba dilakukan para perajin dengan mencoba menjadikan kacang Lupin sebagai bahan campuran kacang kedelai. Sehingga, kini perajin masih mengembangkan ukuran dan komposisi pengolahan tempe berbahan campuran kacang Lupin dengan kedelai yang pas.
“Butuh komposisi yang tepat,” tukasnya.
Namun, sejauh ini para perajin belum menemukan komposisi yang tepat sehingga para perajin belum berganti menggunakan kacang Lupin. Tanaman Lupin hanya tumbuh dalam skala besar di Australia Barat. Meskipun dapat diproduksi dalam jumlah besar namun belum bisa menggantikan semua kedelai impor dari Brazil.(Yul)