Ahmad Basarah Minta GP Washiliyah Cetak Dai Memadukan Islam

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com– Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah meminta Gerakan Pemuda Al Washiliyah (GPA) untuk mencetak dai, ulama, mubaligh yang memadukan Islam dan kebangsaan.

Hal tersebut diutarakan politisi yang dijuluki Profesor Pancasila itu saat menerima perwakilan Gerakan Pemuda Al Washiliyah (GPA) di ruang kerja pimpinan MPR RI Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, pekan ini.

“Jadi, saya minta Gerakan Pemuda Al Washiliyah untuk bekerja keras, mendarmabaktikan diri demi kepentingan umat dan bangsa Indonesia,” kata laki-laki kelahiran Jakarta, 18 Juni 1068 tersebut.

Basarah melanjutkan, situasi terkini khususnya dalam konteks dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara cukup amat mengkhawatirkan, sebab ada upaya sistematis untuk kembali membenturkan Islam dan Nasionalis. “Kalau ini dibiarkan, bahaya. Ada upaya reproduksi lagi politik adu domba.”

Basarah, yang juga Ketua Umum DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menambahkan, politik adu domba, politik pecah belah dalam sejarahnya pernah dilakukan oleh penjajah Belanda, dan hasilnya sukses.

Kata Basarah, sejak jauh jauh hari Bung Karno sudah meyampaikan pesan, perjuangan generasi saat ini lebih sulit dari generasi Bung Karno. Sebab, saat bung Karno hidup, musuh yang dihadapi adalah penjajah Belanda yang memiliki ciri dan postur jelas.

“Saya ingat wasiat Bung Karno, bahwa perjuangan generasi kita, atau generasi sesudah bung Karno lebih sulit. Karena yang dihadapi bukan penjajah, melainkan bangsa sendiri,” beber Basarah.

Di akhir pertemuan Basarah menekankan, tidak ada lagi dikotomi antara Islam dan Nasionalisme. Label yang dilekatkan kepada Bung Karno sebagai tokoh kebangsaan dan bukan seorang muslim yang taat adalah tidak benar.

Sebab dalam faktanya, Bung Karno belajar Islam dengan dalam dan sungguh sungguh selama 26 tahun. Bung Karno adalah seorang santri. Pun demikian, pandangan yang menyebut bahwa kelompok religius tidak nasionalis juga sangat tidak tepat.

“Sebab dalam faktanya, golongan religius menerima Pancasila sebagai dasar negara. Ini kan artinya kelompok religius juga sangat nasionalis. Karena itulah Gerakan Pemuda Al Washiliyah harus paham sejarah,” demikian Ahmad Basarah. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *