MEDAN – Aksi spontanitas yang kerap dilakukan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara Sihar Sitorus akan menjadi nilai tambah bagi pasangan nomor urut dua itu.
Memang, spontanitas kerap dilakukan Sihar saat menemui warga dalam kampanye damainya mau pun blusukan. Seperti saat dirinya menemui warga yang sakit, Sihar langsung meminta dokter yang mendampinginya untuk memeriksa kesehatan dan memberi obat. Itu terjadi di Pasar Klumpang Jalan Besar Klumpang Kecamatan Hamparanperak KabupatenDeliserdang, baru-baru ini. Begitu juga saat di Desa Pematangpanjang Kecamatan Airputih Kabupaten Batubara. Sang istri Patricia Siahaan juga melakukan hal yang sama saat seorang ibu mengeluhkan sakit padanya di Jalan Mesjid/Jalan Ahmad Yani II Kota Medan.
Aksi Sihar nekat juga terjadi saat naik ke sepeda motor yang dikendarai seorang ibu bernama Nuraini di Jalan Kapten Rahmad Buddin, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan Kota Medan, baru-baru ini. Spontanitas sebagai bentuk menghormati dan menghargai juga dilakukan pendamping Djarot Saiful Hidayat itu, Sihar berhenti berdialog dengan masyarakat saat azan berkumandang di Dusun Mawar Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang, baru-baru ini. “Ini benar-benar sangat berharga dilakukan Sihar. Aksi spontan dan sikap menghargai dan menghormati ini yang menjadi nilai tambah dan menjadi penilaian bagi masyarakat,” ungkap Dosen Sosiologi Universitas Negeri Medan (Unimed) Muhammad Iqbal, Jumat (20/4/2018) malam.
Soal strategi, Iqbal melihat, jika strategi kampanye yang dilakukan kedua paslon tidak jauh berbeda. Komunikasi langsung masyarakat dan terfokus kepada kegiatan sosial dan keagamaan. Namun, spontanitas yang kerap dilakukan Sihar menjadi nilai tambah bagi DJOSS. “Soal strategi saya lihat relatif sama. Semua paslon turun langsung bertemu masyarakat. Aksi spontan terhadap masyarakat yang ditemui saat kampanye atau blusukan itu akan dilihat dan tersebar di masyarakat,” akunya.
Hal tersebut pula, diyakininya menjadi nilai jual bagi paslon nomor urut dua itu di sejumlah daerah. Iqbal melihat, kekuatan DJOSS tersebar di daerah Kab/Kota se-Sumut. “Ini soal Pilkada Sumut yang terdiri dari 33 kab/ kota, bukan bicara Medan saja. Sehingga daerah lain di luar Medan harus diperkuat. Dan ini saya lihat, didominasi Djoss yang memiliki potensi besar di daerah. Namun, bukan berarti di Medan DJOSS tidak kuat,” ungkap Iqbal.
Menurutnya, sepatutnya yang menjadi pertarungan Pilgub Sumut ini adalah soal apa yang diajukan kepada masyarakat. “Secara head to head, kedua paslon sama-sama kuat. Namun, kompetisi ini soal gagasan, visi-misi, dan program kerja masing-masing paslon yang menjadi pilihan bagi masyarakat,” jelasnya.
Akhir pembicaraan, Iqbal menilai, harapan besar seluruh masyarakat, berjalannya damai Pilkada Serentak 2018 Sumut yang digelar 27 Juni 2018 mendatang. “Kita semua pasti berharap Pilkada di Sumut berjalan demokrasi, berjalan dengan akal sehat, tidak ada sentimen,” pungkasnya. (bcl comm)