Jakarta, beritalima.com| – Anggota Komisi IX DPR RI Arzeti Bilbina menyambut baik rencana Pemerintah akan memberikan layanan medical check up (MCU) gratis gratis bagi masyarakat yang berulang tahun di tahun 2025, namun ada catatan harus sampai dirasakan ke masarakat yang berada di Tiga TP (Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Perbatasan).
“Pada dasarnya kami melihat program ini positif ya. Tapi Pemerintah harus memperhatikan dan mengatasi disparitas fasilitas kesehatan (Faskes) di berbagai daerah, terutama di pelosok yang masih kekurangan tenaga medis dan infrastruktur kesehatan,” kata Arzeti (5/11).
Seperti diketahui, ide program skrining kesehatan atau MCU gratis bagi rakyat yang sedang berulang tahun mulai 2025 tercetus saat Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melakukan rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI pekan lalu.
Program tersebut diusulkan sebagai upaya untuk meningkatkan deteksi dini dan pencegahan penyakit. Namun meski program ini bertujuan baik, Ia menilai hal ini memerlukan kesiapan yang maksimal.
“Selain harus dipastikan dokter di faskes terpenuhi, sarana dan prasarananya juga tidak boleh lagi ada kesenjangan. Kualitas faskes dan tenaga medis yang memadai harus tersedia hingga ke seluruh pelosok negeri,” tambahnya.
Lembaga Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) dalam Buku Putih Pembangunan Sektor Kesehatan Indonesia 2024-2034: Merancang Masa Depan Kebijakan dan Pelayanan Kesehatan menguraikan masalah ketimpangan distribusi tenaga kesehatan di Indonesia menjadi problem paling signifikan saat ini.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, diketahui masih ada pelayanan kesehatan primer yang tidak memiliki dokter per Juni 2023. Tepatnya ada 4,17% Puskesmas di Tanah Air yang belum memiliki tenaga dokter.
Kemudian sebanyak 45% puskesmas belum lengkap memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan mencakup dokter, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker, tenaga kesmas, sanitarian, petugas lab, dan tenaga gizi). Pada tingkat pelayanan kesehatan rujukan, sebanyak 38,48% RSUD di tingkat Kab/Kota juga belum lengkap terkait 7 jenis dokter spesialis.
Jurnalis: Rendy/Abri