Citizen Reporter
Laporan: Zulfiani
Mahasiswa KPI Unismuh Makassar Melaporkan dari Sinjai
SINJAI. Puasa Ramadhan 1441 H tahun ini sangat jauh berbeda jika dibanding dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.
Ramadhan tahun 2020 ini bertepatan dengan serangan wabah virus Corona jenis Covid-19. Salah satu cara memutus mata rantai penularan virus ini dengan melakukan jarak sosial dan pembatasan sosial skala besar sehingga membatasi orang bertemu dan berkumpul dalam suatu tempat.
Akibatnya, semarak dan nuansa Ramadhan yang selalu ramai dengan silarurrahmi sesama ummat juga dibatasi.
Kenyataan demikian itu juga tersaji di Desa Samaturue, Kecamatan Tellu Limpoe, Sinjai. Memasuki hari kesembilan puasa, Jumat malam (1/5/2020), suasana salat tarwih di masjid desa bernama Masjid Ar-Raihan
sepi padahal di situasi normal masjid
ini, selalu penuh dan malah jamaah meluber sampai di luar masjid.
Jamaah laki laki dan perempuan sebanyak 20 orang dengan saft salat tetap di jaga jaraknya. Keramaian anak-anak datang di masjid juga sudah tidak kedengaran suaranya. Suasana masjid terasa sepi.
Kesemarakan yang juga terasa hilang adalah acara buka puasa bersama di masjid. Menjelang buka puasa sudah mulai ramai ummat sekitar masjid ramai-ramai membawa takjil buka puasa dengan beragam jenis kue kue khas di desa.
Walau masih dalam suasana pandemi Corona, tetapi dinamika kehidupan di Desa Samaturue ini masih tetap berjalan dengan warga yang tetap melakukan aktivitas sehari-hari.
Warga masih tetap rutin bekerja ke sawah dan kebun, pergi pasar dan melaksanakan salat di masjid termasuk shalat tarwih di tengah covid-19,walaupun tidak seramai Ramadhan tahun lalu.
Adanya warga Sinjai terjangkit virus Covid-19 membuat suasana Masjid Ar-Raihan di desa ini semakin sepi dan tidak ada lagi penceramah sebelum salat tarwih.
Jamaah di masjid itu juga membicarakan bahwa Masjid Ar-Raihan tidak lagi di buka untuk umum, dan hanya warga sekitar yang boleh datang salat di masjid dan mulai diberlakukan Jumat,1 Mei 2020.