Kediri, Universitas Kahuripan Kediri bersama Kodim 0809/Kediri menggelar kuliah akbar se-Kabupaten Kediri yang berlangsung di aula Makodim Kediri dan diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Kediri. Sebagai pembicara utama pada kuliah akbar ini, Pabung Kodim Kediri, Mayor Inf Didik Sugeng W. dan Dekan fakultas ilmu pendidikan, Drs.Hartoyo serta didampingi 2 mahasiswa dari Universitas Kahuripan Kediri, sabtu (28/10/2017)
Diawal, Drs.Hartoyo Puncak dari refleksi mengenai prinsip universal KeTuhanan Yang Maha Esa yang beyond religions ini terjadi pada era kejayaan Majapahit. Majapahit adalah negara nasional kedua, yang jelas-jelas bukan negara Hindu. Sekalipun sebagian besar masyarakatnya beragama Hindu, tetapi Majapahit tidak menjadikan hukum Hindu sebagai hukum negara.
“Jadi kita harus pahami dulu sejarah, baru kita mengacu pada argumen. Jangan beragumen terlebih dahulu sebelum tahu betul sejarah bangsa. Kita pahami dulu mengapa harus Bhinneka Tunggal Ika ? kenapa harus Pancasila ? Semua itu ada konstelasinya dengan sejarah bangsa dan identitas dari bangsa ini. Maka dari itu, apabila ada yang terindikasi menggeser atau menggoyang bahkan hingga merobohkan Pancasila, kita harus tolak tegas, kita harus melawan, tidak boleh diam,” ujar Drs.Hartoyo.
Sementara itu Mayor Inf Didik Sugeng W. Menjelaskan ,“Saya mereview ulang kronologi munculnya ISIS di Suriah dan Irak serta timbulnya konflik perang saudara di Yaman. Semua kejadian di 3 negara itu hampir mirip satu sama lain diawal timbulnya konflik berkepanjangan. Seperti di Suriah, Hoax dan pemutarbalikkan fakta atas kepemimpinan presiden mereka, dimunculkan oleh oknum-oknum yang lebih condong pada radikalisme. Di Irak hampir mirip, terjadinya pembiaran kelompok-kelompok radikal akhirnya berujung pada perebutan kekuasaan pemerintahan yang sah. Di Yaman, beda tipis, diawali ego etnis tertentu yang dimasuki radikalisme.”
Lanjut Mayor Inf Didik Sugeng W. ,”Radikalisme kental aromanya dengan konflik, apalagi kalau dalam suatu negara itu banyak kemajemukannya. Yang paling membahayakan apabila radikalisme itu masuk ke jantung masa depan suatu bangsa, yaitu pemuda atau mahasiswa, itu efek yang paling mematikan. Radikalisme harus dimatikan dengan kesadaran dan kesadaran itu ada kalau kita bangkit dari ketidaknyataan. Ketdaknyataan itu apa ? kebohongan pengetahuan dari suatu hoax dan pemutarbalikkan fakta dari suatu fitnah.”
Dipenghujung kuliah akbar, session tanya jawab juga diberikan kepada seluruh mahasiswa yang hadir ,dengan aturan dibatasi hanya 10 penanya saja dan bisa memilih siapa yang akan menjawabnya, sedangkan dalam setiap pertanyaan hanya diberikan waktu 1,5 menit. (Penrem 082/CPYJ ).