SUMENEP, beritaLima – Memasuki wilayah Madura belum keren jika tidak berkunjung ke Kabupaten Sumenep, Jawa Timur dan berbicara Sumenep tidak ada habisnya untuk diperbincangkan, sebab kabupaten ujung timur pulau Madura ini memiliki bayak kekayaan akan ragam budaya dan pariwisata yang melimpah.
Kekayaan alam dan ragam budaya yang dimiliki Kabupaten Sumenep ini tak ada duanya di Nusantara ini. Apalagi sebelumnya dilaksanakan Festival Keraton dan Masyarakat Adat Asean (FKMA) ke V tahun 2018 lalu.
Presiden Joko Widodo beserta istri Iriana Jokowi turut hadir dalam acara ini, Minggu (28/10/2018), Para Raja se Nusantara dan ASEAN hari ini masih berada di kabupaten yang berjuluk Kota Sumekar ini.
Hal ini tentu menjadi suatu kebahagiaan dan kebanggaan buat masyarakat Sumenep, dalam kesempatan ini pula sebagai tuan rumah FKMA ke V, tentu menjadi ajang memperluas jalinan silaturahim untuk mengenal adat budaya dan suku yang berbeda, dengan inilah kita juga dapat melihat perbedaan sehingga menjadi sesuatu yang indah untuk saling melengkapi.
Dengan demikian tentu Keraton Sumenep kembali dibicarakan oleh Dunia, bahkan setiap bulannya banyak tamu manca negara hadir menyaksikan keindahan alam Sumenep. Kekayaan yang dimiliki Sumenep seperti Pulau Giliyang yang memeliki kadar oksigen terbaik kedua dunia tentu menjadi penarik terhadap bagi para wisatawan untuk menikmatinya.
Selain itu Sumenep juga ditetapkan sebagai kota Keris sebab memiliki pengrajin keris terbanyak se Indonesia. Penghargaan itu diberikan induk paguyuban keris Indonesia, yaitu Senopati Nusantara, pada acara Senopati Nusantara Award di Pendapa Keraton Sumenep tahun 2017.
Budaya dan tradisi sampai hari ini tetap tidak punah. Putra Putri di Sumenep sejak berada dalam kandungan hingga lahir ke muka bumi, bahkan sampai menikah terus dikenalkan dengan beragam budaya. Mulai Pelet kandung, Molang Are, hingga Toron Tana. Setelah itu memasuki usia 3 atau 4 tahun putra putri Sumenep dikenalkan Tan Pangantanan dengan mengendarai Jeren Serek atau Pangantan Sonat bagi laki laki. Bahkan ketika mau menikah harus mengikuti Pingitan (Pingit) dan tradisi selanjutnya.
Pariwisata alam dan Pariwisata buatan kini semakin keren dan semakin bertambah pesat, jauh sebelum pemerintah setempat memprogramkan Visit Sumenep para pelaku pariwisata sudah mulai menyulap Sumenep menjadi pemandangan yang menarik untuk dikunjungi, seperti Bukit Tinggi di Daramista Lenteng, Taman Tectona di Batuan, Waterpark, Pantai 9 di Giligenting, Pantai Gili Labak, Pantai Ropet di Giliyang, Pantai Lombang, Pantai Slopeng dan tempat wisata lainnya.
Apalagi dari segi Wisata Relegi, seperti Masjid Jamik yang memiliki arsitektur khas Nusantara, Asta Tinggi tempat pesarean Para Raja dan keluarganya, dan Asta Yusuf di Talango. Selain itu tak kalah pentingnya adalah Keraton Sumenep yang hari ini ditempati para Raja se ASEAN. Keraton ini salah satu
Keraton satu-satunya Keraton yang masih berdiri tegak di Jawa Timur.
Keraton Panembahan Somala atau Keraton Sumenep ini dibangun di sebelah timur keraton milik Gusti R Ayu Tirtonegoro dan Kanjeng Temenggung Ario Tirtonegoro. Konon Bangunan Kompleks Keraton sendiri terdiri dari banyak massa, tidak dibangun secara bersamaan namun di bangun dan diperluas secara bertahap oleh para keturunannya.
Kesederhanaan Keraton Sumenep menjadi ciri khas tersendiri, bangunannya hanya meliputi Gedong Negeri, Pengadilan Keraton, Paseban, dan beberapa bangunan Pribadi Keluarga Karaton. Di depan keraton, ke arah selatan berdiri Pendapa Agung dan di depannya berdiri Gedong Negeri yang didirikan oleh Pemerintahan Belanda.
Konon, pembangunan Gedong Negeri sendiri dimaksudkan untuk menyaingi kewibawaan Keraton Sumenep dan juga untuk mengawasi segala gerak-gerik pemerintahan yang dijalankan oleh keluarga Keraton. Selain itu Gedong Negeri ini juga difungsikan sebagai kantor bendahara dan pembekalan Karaton yang dikelola oleh Patih yang dibantu oleh Wedana Keraton.
Disebelah timur Gedong Negeri tersebut berdiri pintu masuk keraton Sumenep yaitu Labang Mesem. Pintu gerbang ini sangat monumental, pada bangian atasnya terdapat sebuah loteng, digunakan untuk memantau segala aktifitas yang berlangsung dalam lingkungan keraton. Di bagian pojok disebelah timur bagian selatan Labang Mesem berdiri Taman Sare (tempat pemandian putera-puteri Adipati) dimana sekelilingnya dikelilingi tembok tembok yang cukup tinggi dan tertutup.
Bahkan beberapa bagian didalam keraton sudah ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 2017 lalu. “Ketujuh situs yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya diantaranya Labang Mesem, Pendopo Kraton dan Mandiyoso atau koridor menuju pendopo kraton, Kantor Koening, Kraton Tirtonegoro, Kantor Ambtenaar (sekarang menjadi kantor Disparbudpora), Toghur Ghenta, serta Taman Sare. Semua situs itu berada di kawasan Keraton Sumenep.
(Tim)