Alasan Sepi, Pedagang Menolak Berjualan di Pasar Buah Acango

  • Whatsapp

JAILOLO,beritalima.com – Pedagang Buah di wilayah Kecamatan Jailolo menolak menempati Pasar Buah yang berlokasi di Desa Acango Kecamatan Jailolo, dengan alasan lokasi yang tidak strategis dan sepi dari pembeli.

Bangunan yang dibangun oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Halbar) kurang lebih sudah tiga tahun ini terlihat terbengkalai dan tak terurus.

Berdasarkan pantauan wartawan Rabu 3 Februari 2021, pasar dengan jumlah 20 meja pelapak ini, terlihat dua meja yang terbuat dari Tehel sudah retak dan pecah-pecah.

Pedagang buah di pasar Gufasa Jailolo Siti Fatimah asal Desa Taba Kecamatan Sahu Timur mengungkapkan dipastikan dirinya dan para pedagang tidak akan pindah ke Pasar Buah Desa Acango dengan alasan jualannya bakal rusak karena sepi pembeli.

“Dan termasuk jangkauanya jauh dari keramaian, semisalnya orang yang turun dari Pelabuhan Jailolo kalau ingin membeli buah kan harus ke Acango itu juga tidak mungkin,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan di pasar Gufasa saja buah yang dijual masih ada yang rusak karena kadang juga sepi pembeli.

“Apalagi di Pasar Buah Desa Acango yang sepi dan lapak Pasarnya itu tidak menghadap ke arah jalan jauh dari keramaian juga tapi kalau di Pasar Gufasa ini kan ramai karena pas di pinggir jalan,” ungkapnya.

Siti juga menyampaikan pedagang buah yang berjualan di pasar Gufasa ada sekitar 6 orang namun satu orang mungkin anaknya lagi sakit jadi hari ini belum berjualan.

Dan dirinya juga menyebutkan kalau berjualan di pasar Gufasa pasti laku dan mudah dijangkau oleh pembeli.

Dan selama ini dirinya mengaku dari pihak Disperindagkop Halbar belum pernah Koordinasi dengan pedagang buah untuk pindah ke Pasar Buah desa Acango.

“Dan nanti kalau dari pihak dinas datang koordinasi untuk kami pindah kesana otomatis pedagang disini tidak akan mau,” pungkasnya.

Senada juga disampaikan oleh salah satu pedagang buah Fatma saat disambangi ditempat jualannya di desa Hatebicara bahwa untuk pindah di pasar Buah Desa Acango otomatis buah yang dijajakan akan rusak dengan alasan karena sepi pembeli.

Dirinya juga mengaku meminjam uang di koperasi dan itu dilakukan penagihan tiap hari dengan nominal 80 ribu.

“kalau buah yang kami jual tidak laku kami bayar koperasi pakai uang apa,” sesalnya.

Dia juga akui kalau berjualan di Hatebicara lagi ramai itu pendapatannya dalam sehari itu bisa 500 sampai 600 ribu.

Dan dikeluhkan juga persediaan meja lapak yang berukuran kecil sehingga tidak bisa menampung buah yang banyak.

“Karena kami ini kan minjam uang di koperasi jadi jualan kami harus agak banyak,” pintanya.

Dengan alasan yang sama juga dirinya mengaku kalau nanti dari pihak Disperindagkop Halbar datang untuk koordinasi minta pindah otomatis pihaknya serta pedagang sekitar juga keberatan karena sunyi.

Selain itu Kadisperindagkop Halbar Martinus Jawa saat dikonfirmasi Rabu 3 Februari 2021, menyatakan kalau untuk pasar semua sudah diaktifkan tinggal pelaku pasar yang mau masuk menjajakan jualannya atau tidak.

“Dan proses pasar dikabupaten Kota itu tidak ada peresmian yang ada peresmian itu dari Kementerian Perdagangan jadi di Daerah kalau sudah selesai dibangun tinggal dinikmati,” ujar Martinus.

Ia juga menyampaikan pihak ketiga juga sudah buat pernyataan bahwa mampu menyelesaikan pasar yang masih kekurangan fasilitasnya misalnya ada pintu lapak yang belum dipasang mereka mengaku untuk diselesaikan.

“Dan para pedagang tidak boleh berasumsi bahwa nanti tunggu dilakukan peresmian baru masuk itu tidak boleh,” ucapnya.

Menurutnya salah kaprahnya dipelaku pasar karena mau diresmikan dulu sedangkan petunjuk dari Pusat tidak boleh dilakukan peresmian.

“Malahan pada Desember 2020 itu sudah dilakukan pembagian untuk pelaku pasar masuk untuk berjualan,” cetusnya.

Ia juga mengatakan karena sebelum itu para pelaku pasar atau pedagang buah itu sudah lakukan pengakuan bahwa mereka bakal masuk ketika sudah dibangun pasar buah.

“Kami juga tidak bisa paksakan para pedagang atau pelaku pasar untuk masuk juga karena terkesan tidak bagus,” pungkasnya.

Dirinya akui bahwa pelaku pasar atau para pedagang waktu itu berjualan di depan hotel D’Hoek Hatebicara terus dari Kementerian datang dan nama-nama para pedagang buah diambil semua dan mereka pun bersedia untuk bangun pasar buah.

“Jadi sebelum dibangun Pasar Buah kami sudah mendapatkan persetujuan dari pedagang,” akunya.(Ay)

beritalima.com

Pos terkait