JAKARTA, beritalima.com – Alumni UGM pilih Jokowi, yang dikomandani oleh Agus Awali menyatakan sikap patuh dan taat konstitusi bersama sahabat dan relawan Jokowi. Dimana Pemilu serentak 2019 telah memasuki tahap akhir Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Tingkat Nasional. KPU Rl telah menyelesaikan rekapitulasi nasional 34 Provinsi dan 130 PPLN untuk Pemilu di luar negeri.
“Pada hari ini atas karunia Allah Yang Maha Kuasa telah berkumpul alumni Perguruan Tinggi, alumni SMA, Relawan dan Sahabat, berlandaskan semangat dan komitmen cinta lndonesia, patuh dan taat konstitusi, merumuskan dan menyampaikan pernyaatan sikap tentang Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara ngkat Nasional Pemilu 2019, sebagai berikut,” kata Christine Hakim, alumni UGM yang membacakan pernyataan sikap, Rabu (22/5/2019) di Ruang Sonokeling, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.
Dalam pernyataan sikapnya, mengapresiasi setinggi – tingginya kepada jajaran Penyelenggara Pemilu, dalam hal ini KPU, Bawaslu, PPLN, serta Panitia Pemungutan suara yang telah bekerja maksimal tanpa mengenal lelah sehingga rangkaian pe|aksanaannya berjalan lancar, tertib, transparan, jujur dan adil.
“Kedua, kepada jajaran Kepolisian dan TNI yang telah mengawal penyelenggaraan rangkaian Pemilu berjalan aman dan tertib; Ketiga, kepada seluruh masyarakat Indonesia yang dengan suka cita dan penuh antusiame telah berpartisipasi daIam Pemilu 2019 ini sehingga mencapai rekor baru jumlah peserta pemilih,” ujarnya.
Keempat, secara khusus menyampaikan duka cita mendalam kepada seuruh ā€¯Pahlawan Demokrasi” yang telah meninggal pada masa mengemban tugas selaku penyelenggara dan pengawal Pemilu, “Kami berdoa semoga almarhum-alamarhumah mendapatkan husnul khotimah; keluarga yang ditinggalkan dikaruniaiNYA ketabahan dan kekuatan serta ikhlas dan tetap tawakal Aamiin,” imbuhnya.
Sebelumnya Karyono Wibowo sebelum buka puasa bersama menanggapi pernyataan moderator, mengenai politik identitas. Dimana ketika melihat kondisi di lapangan masih terjadi aksi di depan kantor Bawaslu. Menurutnya dalam pandangnnya, bangsa Indonesia berada diambang perpecahan antar sesama anak bangsa, akibat adanya politik identitas untuk menjatuhkan lawan politik. Hingga terjadi polarisasi di elemen masyarakat sampai elemen terkecil dalam tingkat keluarga.
Diantaranya saling membenci, politik identitas daya rusaknya luar biasa dan terjadi disharmoni bahwa kalau terus terjadi bisa terjadi disintegrasi bangsa, karena dilakukan oleh aktor politik dengan segala cara.
“Propaganda, ruang publik diisi berita bohong hingga mempertajam polarisasi di masyarakat, untuk memenuhi sahwat politik. Polarisasi simbol simbol agama, karena daya rusaknya tidak kalah dasyatnya dengan teroris. Propaganda yang menghembuskan kampanye hitam baik pasangan 01 maupun 02,” jelasnya.
Demokrasi sekarang ini katanya mengalami kemunduran yang sangat tajam dibanding tahun – tahun sebelumnya. Apalagi wajah demokrasi sekarang ini tidak menunjukkan sikap negarawan hanya siap menang dan tidak siap kalah dengan menggunakan cara – cara yang bertentangan dengan undang undang.
“Politik identitas dari dulu sudah ada, alumni UGM harus turun gunung, memberikan pembelajaran terhadap demokrasi,” ujarnya. ddm