KUPANG, beritalima.com – Bupati Timor Tengah Utara (TTU), Raymundus Sau Fernandez, S.Pt terus mendapat simpatik dari berbagai kalangan masyarakat untuk ikut sebagai calon Gubenur Nusa Tenggara Timur periode 2018 – 2023. Salah satu kelompok masyarakat itu adalah Relawan Aliansi Masyarakat Pendukung Raymundus Fernandez NTT 1 (Ampera).
Ampera menilai banyak kader yang memiliki kemampuan untuk memimpin NTT, namun ada sosok kepemimpinan tangguh yang ditemukan pada diri Raymundus Sau Fernandes.
Bupati TTU dua periode itu adalah contoh sosok politisi yang “kenyang” di kancah perpolitikan dan dunia birokrasi.
Koordinator Relawan Ampera NTT, Bernad Salvator Brewon mengatakan program fenomenalnya Ray adalah tentang pensiun petani yang termetamorfosa dalam program PKP dan Sari Tani mampu membuat dia terpilih kembali selain program-program kerakyatan lainnya.
“Program fenomenalnya tentang pensiun petani yang ter-metamorfosa dalam program PKP dan Sari Tani mampu membuat dia terpilih kembali selain program-program kerakyatan lainnya,” kata Koordinator Relawan Ampera NTT, Bernad Salvator Brewon, di Kupang, Sabtu (7/1) .
Dalam periode kedua masa kepemimpinan Ray di TTU, kata Brewon, ada program yang lebih fenomenal lagi yakni pembangunan rumah layak huni sebanyak 30.046 selama lima tahun. Program itu dimaksudkan untuk mengeleminir tiga dari 14 indikator Badan Pusat Statistik (BPS) tentang kondisi perumahan yang mana secara langsung berdampak pada penurunan angka kemiskinan secara riil dan signifikan.
Menurut Brewon, kinerja dan gaya kepemimpinan Ray menjadi motifasi mereka untuk membentuk kelompok relawan yang diberi Aliansi Masyarakat Pendukung Ray Fernandes (AMPERA). Dengan identitas sebagai relawan dan bagian dari masyarakat Nusa Tenggara Timur mereka sudah membulatkan tekad bahwa mendukung, berjuang, dan akan memenangkan Raymundus Sau Fernandes sebagai Gubernur NTT Periode 2018-2023.
Saat ini relawan Ampera sudah tersebar di seluruh NTT. Relawan tersebut bergerak secara suka rela dan bergotong royong untuk merebut hati masyarakat NTT. Relawan tersebut tidak terikat pada partai tertentu dalam mendukung Ray Fenandez namun berasal dari kalangan masyarakat petani, nelayan, mahasiswa dan buruh.
Koordinator Relawan Ampera Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Mario Nabuasa mengatakan sosok Ray Sau Fernandez punya karakter kepemimpin yang jarang ditemui saat ini. Kesederhanaan membuatnya sangat dekat dengan siapa saja.
Beberapa waktu lalu di tengah kesibukannya melaksanakan berbagai tugas sebagai pejabat negara, Ray sempat mengunjungi daerah Batuputih di Kabupaten TTS.
“Walau seorang bupati dengan karier yang cemerlang namun Ray saat berada di tengah masyarakat nampak begitu sederhana. Celana pendek, bahkan saat berada di rumah warga, dirinya lebih ingin liat-liat ke belakang dan pekarangan sebelum masuk ke rumah penduduk,” kata Mario.
Mario mengatakan ini menunjukan karakter kepemimpinan yang pro orang kecil. Sikapnya ini kemudian nampak dalam berbagai program pembangunan yang digalakannya di TTU yang benar-benar pro petani.
Bakal Calon Gubernur NTT, Raymundus Sau Ferandez mengapresiasi Relawan Ampera yang telah bekerja keras dengan hati yang tulus mendukungnya. Dia mengisahkan mungkin saja banyak orang yang belum mengenalnya.
Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten TTU itu dilahirkan pada 44 tahun silam di sebuah kampung kecil di Desa Bijeli, Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU. Lahir dari orang tua petani dan juga tidak sekolah.
“Bapak saya tidak sekolah, mama saya juga tidak sekolah, dua-duanya tidak pernah sekolah dan tinggal di kampung. Orang tua saya adalah petani sederhana. Kedua orang tua kami masih ada, masih sehat, masih jadi petani. Ibu saya hingga saat ini masih berjualan sayur di pasar,” kisahnya.
Ray semestinya anak kelima dari delapan bersaudara, tetapi empat orang dipanggil pulang oleh yang Maha Kuasa. Akhirnya Ray menjadi anak sulung dari empat bersaudara.
“Ketika bersekolah pun saya agak sedikit terlambat karena kami tinggal di hutan di Oeluan, sehingga di usia yang kedelapan tahun baru bersekolah. Saya masuk sekolah dasar pada tahun 1980, tamat tahun 1986, kemudian lanjut ke SMP di Kefamenanu, tamat 1989, lanjut lagi ke SMA dan tamat tahun 1992,” katanya.
Sesudah itu, dia mencoba mendaftar di Perguruan Tinggi dan diterima di Sekolah Tinggi Perikanan di Jakarta Utara. Namun, sayangnya ketika hendak berangkat, ternyata namanya diganti dengan peserta yang lain.
Ray mengisahkan, saat itu dia putus asa dan memutuskan untuk tidak mau jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Karena dulu, ketika tamat dari Sekolah Tinggi Perikanan, langsung ikatan dinas.
Kemudian dia mendaftar lagi di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang pada jurusan peternakan dan diterima.
“Saya kuliah paling lama, selama 14 semester, hampir saja droup out (DO) karena waktu tersisa bagi saya hanya lima hari. Memang lama itu bukan karena tidak mampu, tetapi lantaran sambil kuliah saya juga terlibat dalam kegiatan kampus maupun diluar kampus dalam organisasi kemahasiswaan,” jelasnya. (Ang)