Oleh: Dikson Ringo *)
Disertasi Bang Akbar Tanjung yang kemudian dijadikan buku, fokusnya antara lain mengamati tentang mutualitas pengusaha saat jadi penguasa, pasca reformasi. Risetnya mengamati konflik kepentingan antara bisnis dan jabatan publik.
Demikian juga dengan Andi Taufan, staf khusus milenial Presiden Jokowi. Sebagai pemilik PT. Amartha Mikto Fintek, perusahaan simpan pinjam online. Dalam penjelasan situs daring, perusahaan itu berdiri tahun 2010 sebagai microfinance, menghubungkan pelaku usaha mikro dengan pemodal secara online.
Celakanya, sebagai staf khusus Presiden RI, Andi Taufan memanfaatkan jabatannya “menekan” camat dengan surat kop istana agar membantu perusahaannya dalam Program Relawan Desa Lawan Covid-19 milik KemendesPDT RI. Hal ini mengangetkan publik, surat tersebut “by pass” ke camat, semestinya surat harus melalui Kemendagri RI.
Ternyata pengusaha muda (Digital entrepreneur) dominan mengelilingi Presiden Jokowi sebagai staf khusus milenial. Anehnya mereka tak mampu memisahkan kepentingan bisnisnya dengan urusan negara, seperti yang dilakukan Nadiem Makarim. Melepas Gojek, bisnisnya saat dilantik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Staf khusus milienial Presiden Jokowi memang punya prestasi sebagai pengusaha digital, tapi integritas mereka tercela karena tidak mampu memilah urusan publik dengan bisnisnya. Sifat aji-mumpung membuat publik geram, suratnya ke camat berpotensi menguntungkan usahanya saat berada di lingkaran istana. Sesuatu yang dibenci publik, mengulang perilaku nepotisme orde baru yang merusak republik ini.
Padahal bila melirik sejarah, Indonesia berdiri atas keringat aktivis muda pergerakan yang rela berkorban segalanya, bahkan nyawanya demi republik. Kini lingkar inti kekuasan dipenuhi orang muda pebisnis yang menjadi staf khusus presiden yang memanfaatkan posisinya demi kepentingan bisnisnya.
Kini, publik tersadar bahwa ada bahaya kaum milenial pebisnis ini dibiarkan mengelilingi Presiden Jokowi. Mereka memang merasa bisa melakukan sesuatu tapi lupa untuk bisa merasakan dampak tindakannya. Ibarat sopir metromini tiba-tiba menjadi kapten kapal induk perang.
*) Pemerhati Kekuasaan/Jabatan, Alumni Kelompok Cipayung Jogja