Anak Yatim Piatu Juga Butuh Minum Susu

  • Whatsapp

Oleh: H. Putut Budianoto, SH***

Tak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 membuat perekomian nyaris ‘runtuh’. Tak hanya di Indonesia, di belahan dunia manapun, sama. Daya beli masyarakat turun, karena banyaknya warga yang tak bisa bekerja. Bahkan PHK terjadi dimana mana. Pun demikian di Kota Madiun, Jawa Timur.


Susu, memang bukan kebutuhan pokok masyarakat, meski masuk dalam kategori kata akhir, empat sehat lima sempurna. Bagi masyarakat kalangan strata sosial di atas rata rata, memang mungkin. Tapi bagi kalangan warga yang hidupnya pas pasan, mustahil mereka dapat minum susu tiap hari. Kecuali balita, yang harus minum ASI atau susu formula.
Yang saya tak habis pikir, kejeniusan Walikota Madiun, Jawa Timur H. Maidi, dalam ‘menangkap’ situasi sulit disaat pandemi. Tak hanya kebutuhan pokok warganya yang diperhatikan dengan bagi bagi sembako, tapi kebutuhan imunitas tubuh juga diperhatikan. Sampai sejauh itu ia memikirkan warganya. Yakni dengan bagi bagi susu.
Bahkan saya baca di beberapa media, pembagian susu secara gratis, tak hanya menyasar pada rakyat biasa. Tapi warga ‘khusus’ seperti anak yatim/yatim piatu dan anak berkebutuhan khusus, juga disasarnya, masyaallah. Tak hanya susu, telur juga dibagikan secara gratis kepada mereka. Rupanya ia juga berpikir,” Anak Yatim Piatu Juga Butuh Minum Susu”.


Sampai hal sekecil itu, masuk dalam pikirannya. Rupanya ia tahu, di masa pandemi, rakyat butuh imunitas tubuh.
Saya tahu, Madi, bukan penggemar minum susu, apalagi nggado telur (makan telur saja tanpa nasi). Karena saya kenal dia sudah puluhan tahun. Kalau di warung kopi sebelum menjadi Sekda, sebelum menjadi walikota, ia tak pernah memesan susu. Tapi disaat pandemi seperti ini, ia memikirkan warganya, khususnya anak anak, harus diberi suplemen susu agar imunitas tubuhnya baik.


Memang anggaran untuk membeli susu dan telur, bukan dari kantong pribadinya. Pastinya dari APBD melalui dinas terkait. Tapi, pemikiran, ide sejauh itu dari seorang Maidi, patut diapresiasi.
Kesimpulan saya, Maidi tak hanya berpikir bagaimana menata kota agar minimal bisa menjadi ikon di Indonesia, tapi juga memikirkan pendidikan anak anak dengan pembagian laptop dan seragam gratis, serta kesehatannya.
Simplenya, kepada rakyatnya ia menganggap sebagai anak sendiri, dan saya berasumsi, Maidi mempunyai filosofi, “Tega Larane, Ora Tega Patine” (bolehkan beramsumsi). Maka dari itu, di masa pandemi Covid-19, ia berjuang, berusaha, tentunya dengan unsur terkait, agar warga tetap sehat. (Editor: Dibyo).


*** Penulis adalah pemerhati sosial dan salah satu tokoh masyarakat di Kota Madiun.
Ket. Foto: H. Putut Budianoto, SH (atas), Anak Yatim/Yatim Piatu Saat di Rumah Dinas Walikota Madiun (bawah).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait