Jombang | beritalima.com – Anggota Komiai IV DPR RI Emma Umiyatul Chusnah Dapil 8 Jawa Timur dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan angkat tangan soal maraknya petani menggunakan gas LPG 3 Kg sebagai pengganti bahan bakar pompa diesel akibat dampak elnino yang menyebabkan persawahan mengalami kekeringan.
Petani sudah banyak memodifikasi mesin diesel berbahan bakar solar atau bensin diganti dengan bahan bakae gas LPG. Dari beberapa petani yang berhasil dihimpun keterangannya, merasa beruntung menggunakan gas LPG dibanding menggunakan solar atau bensin.
Gas LPG 3 Kg bisa memakan waktu 8 – 11 jam dibanding solar dan bensin sedangkan menggunakan solar bisa memakan waktu enam jam dan menggunakan bensin menghabiskan 1 liter per jam. Dengan begitu dikatakan petani yang sempat dipertanyakan, mengurangi emisi karbon dibanding menggunakan solar dan bensin emisi karbonnya terlihat banyak mengeluarkan asab hitam.
Penggunaan gas LPG akibat sulitnya para petani membeli solar sedangkan petani saat musim tanam menjelang musim tahan pertama tahun 2024, bulan Desember 2023 tahun lalu sedang giat giatnya mengelola tanah namun dampak kekeringan akhirnya petani membutuhkan pengairan.
Hal itu, Emma Umiyatul Chusnah usai menghadiri pengajian rutin Rabu Wage di Masjis Kauman yanh diselenggarakan PAC Muslimat NU Kecamatan Gudo, Rabu (3/1/2024), tidak mau diwawancarai dulu alasannya fokus pada perolehan suara yang saat ini tengah mendulang suara di daerah pemilihannya Jombang, Nganjuk, Madiun, dan Mojokerto.
Soal penggunaan gas LPG sudah diketahui PPL Pertanian bahkan Kepala Dinas Pertanian pun sudah mengetahui. Namun sayangnya gas LPG yang diperuntukan untuk bahan bakar rumah tangga bergeser ke lahan pertanian bahkan secara masif petani di Kabupaten Jombang sudah banyak yang menggunakan gas LPG sebagai pengganti bahan bakar solar atau bensin untuk mesin pompa diesel di persawahan.
Anggota fraksi PPP DPRD Kabupaten Jombang Sunardi mengetahui petani kesulitan membeli bahan bakar solar kendati ada subsidi pembelian solar dari pemerintah. Begitu juga dikatakan Sunardi, petani kualahan juga membeli pupuk non subsidi dibanding biaya produksi.
Jurnalis : Dedy Mulyadi