Anis: Berkurban Wujud Spirit Berbagi Tidak Pandang Situasi Krisis

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Pandemi virus Corona (Covid-19) di Indonesia saat ini telah jauh memasuki tahun kedua tetapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda yang menunjukkan krisis berlarut dam kapan pandemi ini bakal berakhir.

Walau begitu, dengan segala pembatasan yang dilakukan Pemerintah, masyarakat tetap merayakan Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah dengan tradisi berkurban.

Sebab, berkurban merupakan perwujudan spirit berbagi, yang tidak memandang situasi krisis berlarut atau tidak.
Masyarakat tetap saling mencintai dan saling menopang, meski negara sedang goyah dihantam badai krisis.

“Alhamduillah saya telah menyalurkan 3 ekor sapi di tiga tempat di sekitar kediaman. Ternyata di tiga tempat yang terdiri dari dua Rukun Tetangga (RT) ini saja, ada sekitar 20 sapi kurban.

“Ini sangat mengagetkan saya, karena terjadi di tengah krisis,” ungkap Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Muhammad Anis Matta dalam keterangan pers yang diterima awak media, Kamis (22/7).

 

Menurut Anis, hal ini merupakan suatu pertanda bahwa tradisi berkurban telah merasuk ke dalam jiwa masyarakat sedemikian kuatnya. Bahkan krisis pun tidak bisa menghentikan dan yang terjadi malah sebaliknya, krisis ini memicu mereka untuk berkurban lebih banyak.

 

“Kalau ada yang bisa kita pahami dari situasi seperti itu, adalah merupakan suatu pertanda masyarakat kita ini kuat dan solid. Mereka saling mencintai sesama, mereka berbagi,” kata politisi senior ini.

Wakil Ketua DPR RI Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) 2009-2014 tersebut

menilai, tradisi berkurban dan berbagi yang tidak melihat agama maupun etnisnya. Sehingga dengan tradisi berbagi itu, rakyat memiliki kekuatan tersendiri dalam menghadapi krisis berlarut saat ini

 

“Saya yakin pada dasarnya rakyat Indonesia memiliki kekuatan untuk menghadapi masalahnya sendiri. Bahkan ketika negara menghadapi krisis yang jauh lebih besar dari kapasitas untuk menyelesaikannya,” ujar Anis.

Pria kelahiran Waledo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 7 Desemer 1968 tersebut

berharap tradisi berkurban bisa dikukuhkan sebagai solusi untuk mengatasi krisis berlarut akibat pandemi Covid-19 ini.

“Melalui memomentum ini,  kita ingin sekali lagi mengkukuhkan tradisi berkurban. Ini sekaligus menunjukkan, bahwa rakyat dengan rakyat bisa menyelesaikan masalahnya sendidiri,” kata dia.

Anis menegaskan, makna dari berkurban itu adalah sebuah pengorbanan. Prinsipnya kesejahteraan tersebut tidak hanya dinikmati sekelompok kecil saja, melainkan juga oleh semua orang, baik si kaya dan juga si miskin dengan tradisi berkurban tersebut.

 

“Kita mendapatkan satu kenyataan baru, bahwa berbagi itu membuat kita lebih kuat. Inilah sistem yang dicari oleh dunia sekarang, tidak membedakan agama dan negara, serta bersifat multi etnis yang memungkinkan kita sejahtera secara kolektif dan menjadi masyarakat modern,” demikian H Muhammad Anis Matta Lc. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait