JAKARTA, Beritalima.com– Indonesia dapat mengambil peran lebih besar dalam menyelesaikan persoalan konflik berkepanjangan antara Palestina dengan Israel. Soalnya, penyelesaian yang terjadi sekarang masih bersifat normatif.
Itu dikatakan Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Muhammad Anis Matta dalam keterangan pers yang diterima awak media di Jakarta, Minggu (23/5).
“Perlu langkah lebih kongkret dalam mendukung kemerdekaan Palestina dan mengakhiri penjajahan zionis Israel,” kata Anis menanggapi pidato Menlu, Retno Marsudi dalam Debat Umum Sidang Pleno ke-67 Sidang Majelis Umum PBB, Jumat (21/5).
Dikatakan Wakil Ketua DPR RI Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) 2009-2014 itu, yang dilakukan Pemerintah, secara normatif cukup. “Namun, itu tidak sesuai dengan ukuran Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia,” kata Anis.
Menurut Anis, ada dua langkah efektif yang harus dilakukan Pemerintah Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina, yakni memidiasi kelompok pejuang di Palestina dan meningkatkan peran signifiikan umat Islam dunia.
“Bersama dengan Turki, Indonesia mampu memediasi dan memfaslitasi kelompok pejuang Palestina seperti Hamas dan Fatah untuk bersatu. Peran mediasi malah dilakukan Rusia, Rusia aktif memediasi karena memiliki aliansi dengan Iran yang mendukung kelompok perlawanan di Palestina,” kata Anis.
Dalam penyelesaian persoalan Palestina, lanjut politisi senior ini, yang berperan aktif seharusnya Turki dan Indonesia, bukan Rusia dan Iran. Sebab,Turki adalah pemimpin kawasan, sedangkan Indonesia adalah negara dengan penduduk Islam terbesar dunia dan model Islam moderat.
“Jadi Turki sebagai pemimpin kawasan di sana, Indonesia bisa berperan sangat signifikan bagi dunia Islam untuk melakukan negosiasi multilateral mendukung kemerdekaan bangsa Palestina dan misi menjaga perdamaian di Yerussalem,” ujar dia.
Anis berharap, Presiden Jokowi bisa berkomunikasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk memulai memobilasi diplomasi global dalam menyelesaikan persoalan dan mendukung kemerdekaan Palestina.
“Eropa dan AS perlu dibantu, apalagi di tengah krisis global yang terjadi saat ini. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam penyelesaian persoalan Palestina. Indonesia bisa membuka pembicaraan dengan Turki untuk melakukan diplomasi internasional,” tegas pria kelahiran Welado, Bone, Sulawesi Selatan, 7 Desember 1968 ini.
Seperti diketahui, Menlu Indonesia, Retno Marsudi dalam Sidang Pleno ke-67 Sidang Majelis Umum PBB, Jumat (21/5) mengemukakan sejumlah langkah untuk mencapai solusi dari ketegangan Israel dan Palestina.
Dalam Sidang Pleno di Markas PBB, New York ini, Retno menegaskan kehadiran Indonesia demi kemanusiaan, keadilan masyarakat Palestina.
Seperti dikutip Anadolu Agency, Menlu menyampaikan, Indonesia meminta Majelis Umum PBB menghentikan kekerasan, membentuk tim internasional di Yerusalem.
Indonesia menekankan negosiasi untuk mengakhiri pendudukan Israel di Palestina harus segera dilakukan. Indonesia meminta PBB memastikan akses bantuan kemanusiaan ke Palestina, mendorong dimulai negosiasi multilateral yang kredibel.
Peran lain Indonesia dalam diplomasi global menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa V Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengenai Palestina dan Al-Quds Ash-Sharif di Jakarta 7 Maret 2016.
KTT ini melahirkan Deklarasi Jakarta yang memaparkan komitmen para pemimpin negara anggota OKI untuk mengambil langkah nyata dalam menyelesaikan konflik Palestina. Pada kesempatan itu juga disepakati peningkatan bantuan finansial untuk Palestina dan mendukung program ‘Satu Muslim Satu Dollar’. (akhir)