JAKARTA, Beritalima.com– Walau Pemilihan Presiden (Pilpres) dijadwalkan digelar Pebruari 2024 tetapi dunia perpolitikan Indonesia saat ini sudah mulai diramaikan nama-nama tokoh nasional dan daerah yang digadang-gadang sebagai kandidat bakal calon presiden (capres) mendatang.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Muhammad Anis Matta menyampaikan kriteria seorang pemimpin yang layak didukung dan diharapkan bisa membawa kemajuan buat Indonesia ke depan sebagai pemain global, masuk lima besar dunia.
“Saya konsen dengan narasi besar. Namun, itu harus disertai pencapaian delivery yang besar juga. Yang kita perlukan ke depan adalah pemimpin kombinasi antara Bung Karno (Sukarno) dengan Pak Harto (Suharto),” kata Anis dalam keterangan pers yang diterima Beritalima.com, Rabu (9/6).
Ini disampaikan Anis saat menjadi narasumber dalam Channel You Tube Akbar Faizal Uncensored milik politisi dan mantan Anggota DPR, Akbar Faizal belum lama ini.
Menurut Anis, Indonesia ke depan butuh pemimpin yang visioner sekaligus seorang eksekutif yang bisa mengkonsolidasikan orang-orang hebat untuk melakukan pencapaian luar biasa. Sebenarnya, kita tak kekurangan orang hebat.
“Indonesia kekurangan tokoh yang bisa mengkosolidasi orang-orang hebat itu. Kalau kita bisa mengkonsolidasi orang-orang hebat dalam satu arah, saya yakin Insya Allah bangsa ini akan bisa melakukan pencapaian yang luar biasa,” kata Wakil Ketua DPR RI2009-2014 tersebut.
Anis menjelaskan, pemimpin kombinasi yang dia maksud adalah pemimpin yang memiliki jiwa seorang orator ulung dan bisa menguasai panggung, guna menyampaikan gagasan atau visinya dalam membangun Indonesia kepada masyarakat.
Pada sisi lain, pemimpin itu juga mampu bekerja efektif dan detil dari balik meja kerja untuk mewujudkan visinya dengan cara melibatkan orang-orang hebat di pusat dan daerah.
Bung Karno wawasanya luar biasa. Dia visioner dan bisa mengkonsolidasi negara-negara Asia-Afrika. Kalau Pak Harto, itu kaya akan eksekusi, dia bener-bener seorang leader yang efektif, sehingga rencananya terlaksana dengan baik 32 tahun berkuasa.
“Kita perlu orang yang bisa menggabungkan ini. Orang panggung dan dalam waktu yang sama berada dalam ruangan, bekerja secara efektif dan detil,” jelas laki-laki kelahiran Welado, Bone, Sulawesi Selatan, 7 Desember 1968 tersebut.
Ditegaskan Anis, pemimpin kombinasi diperlukan menghadapi perubahan-perubahan fundamental aliansi global baru, dimana krisis akibat pandemi Covid-19 akan melahirkan kesepakatan tatanan dunia baru.
“Krisis ini akan mendekontruksi ulang tatanan global. Dan, saya yakin dekade 20 tahunan ini, kita akan menyaksikan perubahan-perubahan fundamental, ada pembentukan aliansi global baru, kesepakatan tatanan dunia baru,” kata dia.
Menurut Anis, dunia saat ini sedang ‘diobok-obok’ pandemi Covid-19 yang tidak diketahui kapan akan berakhir, termasuk negara-negara menjadi pemenang dalam menghadapi krisis tersebut. Negara yang bisa survive dari krisis yang nantinyam akan memimpin aliansi global baru dalam membentuk tatanan dunia baru.
“Ini semuanya belum terjadi, karena pandemi sedang mengobok-obok dunia sekarang. Nanti yang survive dari sini, yang akan sukses. Inilah yang harus disiapkan Indonesia dari sekarang dalam periode dekade 20 tahunan, karena krisisnya tengah berproses” kata dia.
Karena itu, lanjut Anis, Indonesia membutuhkan arah sejarah baru yang menjadi spektrum atau plaform dalam menghadapi ‘kekacauan’ akibat krisis global Covid-19 tahun-tahun ke depan.
“Jika pertimbangannya masih kekuasaan, dan pemerintahan koalisi itu tidak punya arah. Di dalamnya hanya untuk mempertahankan kekuasaan, Pemerintahan itu tidak berjalan efektif dan korbannya adalah rakyat,” ungkap dia.
Dampak dari pemerintahan tidak berjalan efektif itu, papar Anis sehingga tidak mengherankan seringkali terjadi reshuffle (perombakan) anggota kabinet. Padahal, itu bukan merupakan kesalahan dari menteri, melainkan leader atau pemimpin yang tidak bisa mengkonsolidasikan bawahannya.
“Jadi, yang kita perlukan arah baru, kompas baru. Sekarang anda mempermudah persyaratan untuk investasi, tapi kan faktanya tidak ada investasi yang datang. Jika dalam pemerintahaan koalisi tidk punya arah, maka kita akan terjebak dalam persoalan teknis, setiap tahun akan ada resuffle,” demikian Muhammad Anis Matta. (akhir)