Anis Matta: Bakal Ada Virus Lain Yang Lebih Ganas Menyebar 2023 dan 2026

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Muhammad Anis Matta mengingatkan, kemungkinan krisis akibat penyebaran penyakit yang menimpa dunia dan Indonesia saat ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

Wakil Ketua DPR RI periode 2009-2014 tersebut mengungkapkan, usai pandemi Covid-19, bakal ada virus lain yang lebih ganas menyebar 2023 dan 2026. Akibatnya, pandemi virus ini akan semakin mempengaruhi kekacauan global.

“Ada satu dokumen yang saya baca mengatakan, kemungkinan 2023 dan 2026 ada lagi virus lain,” ungkap Anis Matta dalam keterangannya yang diterima awak media usai berkunjung ke Redaksi Tribunnews,com, Sabtu (22/8). Dalam kunjungan itu, Anis diterima oleh Board of Editor Tribunnews.com, Febby Mahendra Putra.

Anis menilai, tak ada definisi akhir dari krisis yang diakibatkan penyebaran virus karena definisi virus sama dengan teroris yang hingga saat ini masih dan tidak ada akhirnya.

“Jadi, ini satu jenis krisis yang tidak ada definisi akhirnya. Maksudnya tidak ada satu situasi nanti berakhirnya begini. Sejak 2001 misalnya Anda mendengar isu teroris, selesai tidak isu itu? Tidak.”

Menurut Anis, ada faktor yang membuat situasi lebih berat daripada hari ini, yaitu menurunnya sistem global. “Pada dasarnya virus itu berhubungan dengan kehidupan kota, di mana manusia terkonsentrasi dalam jumlah besar. Makanannya berupa hewan ini didekatkan kepada dia, potensi itu pasti terjadi,” lanjut pria kelahiran Bone Sulawesi Selatan ini.

Selain itu juga climate change, perubahan iklim. Sesuai ramalan Badan Kesehatan Dunia (WHO), mungkin ada krisis pangan dalam dua tahun ke depan.

Dia mengatakan sebagian besar dari musibah-musibah yang saat ini dihadapi faktornya adalah perubahan iklim, terlepas perdebatan perubahan iklim teori konspirasi atau tidak.

“Faktanya, banyaknya bencana alam seperti banjir, tsunami, kekeringan, kebakaran hutan dan seterusnya. Misalnya terjadi kebakaran luar biasa di Australia kemarin. Artinya, jumlah ini lebih banyak dan mendisrupsi secara ekonomi, sosial dan secara politik,” ucap dia.

Faktor lain adalah konflik geopolitik, terutama Amerika Serikat-China. Anis mengatakan, konflik kedua negara memiliki dampak multidimensi. Dia menyebutnya dengan istilah perang supremacy. Jadi, satu bangsa ini muncul menyebabkan kematian yang lain, incumbent ini harus bertahan. Caranya dia harus menghabisi penantang ini.

“Sekarang mana yang kalah incumbent atau penantang. Kita tidak tahu. Kapan berakhirnya juga tidak tahu. Mereka berperang menggunakan semua sarana baik itu dagang, teknologi, hingga budaya,” ungkap Anis.

Terkait faktor teknologi, Anis mengatakan, saat ini semua dipaksa hijrah ke sistem digital, dan hal itu telah dilakukan Partai Gelora dengan sukses menyelenggarakan ‘Gelora Digifest 2020’ dan ‘Gelora Kemerdekaan 2020’, serta event-event lainnya beberapa waktu lalu.

Soal hijrah ke sistem digital ini, ternyata banyak instansi pemerintahan yang tidak siap dengan digitalisasi, karena tidak didukung infrastruktur memadai.
“Ketika kita hijrah ke situ, korbannya berapa banyak. Jadi, keempat faktor ini adalah disrupsi, yang sekarang ini terjadi sekaligus. Krisis ini bersifat sistemik, multidimensi dan berlarut, lama waktunya,” kata Anis.

Anis yang dikenal sebagai pakar geopolitik internasional ini mengatakan, dalam satu analisa sistem global, dikatakan setiap 80 hingga 100 tahun ada perubahan dalam sistem global. Saat ini sistem tersebut usianya sudah mencapai 75 tahun.

“Misalnya abad ke-16, itu abadnya Portugis, abad ke-17 yang dominan Belanda, Abad ke-18 dan ke-19 itu yang dominan Inggris, abad ke-20 itu Amerika. Sekarang dominasi ini akan bertahan atau tidak, kita tidak tahu. Pandemi akan mempercepat perubahan tersebut,” demikian Muhammad Anis Matta. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait