JAKARTA, Beritalima.com– Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) beberapa minggu belakangan ini disebabkan tingkat kepercayaan masyarakat dan pelaku pasar turun tidak hanya terhadap pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetapi juga perekonomian Indonesia.
“Saya melihat pelemahan mata uang Indonesia kali ini bukan cerminan dari current account (nilai ekspor impor) atau hubungan perdagangan (trade balancen),” kata anggota Komis i XI DPR RI, Dr Anis Byarwati menjawab Beritalima.com, Jumat (20/3) pagi.
Jadi, ungkap Doktor Ekonomi Syariah lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut, dirinya melihat tekanan tekanan yang begitu berat terhadap rupiah ini sebagai bentuk ketidakpercayaan masyarakat dan para pelaku pasar kepada pemerintah dalam penanganan wabah virus Corona (Covid-19).
Akibat ketidakpercayaan masyarakat dan pelaku pasar kepada pemerintah tersebut, lanjut wakil rakyat yang membidangi perbankan, keuangan serta pembangunan itu, mereka berspekulasi sangat negatif terhadap ekonomi Indonesia sehingga mengakibatkan nilai tukar mata uang dalam negeri mendapat tekan begitu berat.
Tanpa terkena wabah Covid-19 pun, lanjut wakil rakyat dari Dapil I Provinsi DKI Jakarta ini, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh di bawah 5 persen. Saat Covid-19 baru melanda Wuhan, Provinsi Hubei, China nilai tukar rupiah sudah mulai melemah.
Karena ketidakpercayaan masyarakat serta para pelaku pasar terhadap pemerintah dan perekonomian Indonesia ini malah ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini hanya di kisaran 4,3-4,8 persen.”Dengan situasi seperti itu, secara alami investor asing di pasar keuangan Indonesia kabur. Mereka flight to safety untuk mencari tempat aman. Begitu asing kabur, pelaku domestik pun ikut-ikutan, sehingga menimbulkan efek spiral,” kata perempuan berhijab kelahiran Surabaya, 9 Maret 1967 ini.
Untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dan pelaku pasar kepada pemerintah, sebaiknya Jokowi memutuskan untuk lebih mengutamakan penanganan Covid-19, dibanding dampak ekonomi wabah yang sudah menghantui hampir seluruh masyarakat dunia.
“Indonesia harus mengambil prioritas yang benar. Yaitu, mengutamakan pencegahan wabah Covid-19 lebih dahulu, berikutnya masalah ekonomi. Selain itu, pemerintah juga harus membuktikan kebijakan yang mendorong kepercayaan dari pelaku usaha. Jangan sampai mereka melihat langkah-langkah yang diambil pemerintah ini dianggap tak optimal atau penanganan Covid 19 ini tidak tepat,” demikian Dr Anis Byarwati. (akhir)