JAKARTA, Beritalima.com– Politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dr Hj Anis Byarwati menyinggung tentang pentingnya kehadiran generasi Al-Qur’an di Era Industri 4.0 seperti sekarang. Indonesia akan mendapat anugerah bonus demografi rentang waktu 2020-2035, yang akan mencapai puncaknya 2030.
“Bonus demografi ini bisa jadi akan menjadi berkah atau jadi musibah bila kita tidak memperiapkan generasi yang akan mengisi era itu. Rentang waktu 2020-2035 dunia akan diwarnai Generasi Y atau Angkatan digital terbentuk dari mereka yang lahir 1980-1990 atau awal 2000 dan seterusnya.
Hal itu dikatakan Anis pada acara wisudawan-wisudawati LBQ Al-Utsmani di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur yang berlangsung secara virtual, Sabtu (1/5). Pada kesempatan tersebut Anis memberikan ucapan selamat dan barakallah kepada para wisudawan dan wisudawati LBQ Al-Utsmani.
\Pada kesempatan istimewa tersebut, Anis yang berasal dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan turut berbahagia atas kelulusan para wisudawan dan wisudawati LBQ Al- Utsmani. “Wisuda ini bukanlah akhir dari perjalanan memperjuangkan Al-Quran tetapi menjadi awal para wisudawan-wisudawati ini untuk berkiprah sebagai generasi Al-Quran yang akan menjayakan bumi Indonesia. “ ujar Anis.
Lebih jauh dikatakan Doktor Ekonomi Islam ini secara umum generasi millenial memiliki karakter akrab dengan media dan internet. Berdasarkan Infografis Pusat data media Republika, ada sekitar 80 juta millennials lahir 1976-2001.
Para Millennials rata-rata mengalihkan perhatian kepada PC, smartphone, tablet dan televisi 27 kali setiap jam, dibandingankan Generasi Baby Boomers kelahiran 1960-1970- an yang hanya mengakses gadget 17 kali per jam.
Generasi millennial ini terbuka terhadap ide dan gagasan orang lain. Pada sisi lain, mereka rawan memiliki potensi karakter negatif, seperti kurang peka terhadap lingkungan sosial, pola hidup bebas, cenderung bersikap individualistik, kurang realistis dan kurang bijak dalam menggunakan media, selfish yang lebih mementingkan gaya.
Dikatakan anggota Komisi XI DPR RI ini, bonus demografi itu akan menjadi musibah besar bagi bangsa Indonesia jika generasi ini nantinya mengisi Indonesia adalah generasi yang tidak beradab, tak mau bekerja keras atau juga generasi yang meniru-niru saja budaya orang.
Menurut Anis, generasi millennial yang berilmu, berkualitas, berkemajuan, dan memberi manfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, negara, dan agama sangat diharapkan dalam membangun bangsa dimasa yang akan datang.
Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI ini lalu memaparkan, ‘di era disrupsi, kehadiran generasi millenial punya peluang untuk membuktikan kebenaran ajaran Islam yang universal’. Perubahan bagi Islam adalah sebuah keniscayaan, dan daya kreativitas adalah cara menyiasati, mengelola dan mengarahkan perubahan yang eksponensial ke arah lebih beradab, berbudaya dan berkemajuan.
Karena itu, diperlukan pendekatan khusus untuk mendidik pemuda era millenial. Untuk mencetak generasi milenial menjadi manusia unggul diperlukan kebijakan, strategi yang mampu membawa Indonesia mencapai masa kejayaan. “Sebagaimana Rasululah SAW mencetak pemuda unggul di masanya seperti Ali bin Abi Thalib Ra, Musab bin Umair, Saad bin Abi Waqash, Muadz bin Jabal.” (akhir)