JAKARTA, Beritalima.com– Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Muhammad Anis Matta mengatakan, membangun pesantren dahulu dengan sekarang dan ke depan memiliki perbedaan signifikan.
Tantangan besar yang akan dihadapi dunia pesantren ke depan dalam menghadapi kemajuan teknologi digital. Semua orang bisa mengakses ilmu pengetahuan secara mandiri.
Karena itu, dunia pesantren harus bisa segera beradaptasi tanpa menghilangkan nilai-nilai keunggulan pesantren dalam membentuk generasi Islam unggul, berdaya saing dan berakhlak mulia.
“Dalam situasi kemudahan akses pengetahuan di era digital ini, peran guru seharusnya lebih kuat sebagai motivator atau mengajari murid bagaimana belajar,” ungkap Anis saat mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammadiyah Darul Arqam, Gombara, Makassar, Sulawesi Selatan, akhir pekan ini.
Pondok pesantren ini adalah tempat dahulu Anis menimba ilmu agama enam tahun dan menjadi alumni 1986 sehingga Ponpes Muhammadiyah Darul Arqam, Gombara ini tidak asing bagi Anis.
Ketika undangan silaturahmi alumni pesantren datang, saya meluangkan waktu untuk hadir. Kehadiran dalam silaturahmi ini juga menjadi kerinduan tersendiri kepada teman-teman satu angkatan dan para guru-gurunya.
Bahkan, kata Anis, setiap kali ke Makassar, ia selalu menyempatkan diri datang ke Gombara untuk bertemu guru-gurunya. “Peran para guru itu lebih banyak membangun motivasi atau sebagai motivator, ketimbang sekadar mengajar materi pelajaran,” kata Anis dalam keterangan pers yang diterima awak media, Minggu (6/9).
Tempat ini dulu, lanjut politisi senior ini, terpencil dan sepi. “Kita belajar di bawah pohon. Namun, kami selalu tersambung dengan cita-cita besar, karena guru kami dulu semuanya motivator,” jelas Anis.
Karena itu, Anis selalu mengingat jasa-jasa gurunya tersebut, yang telah menjadikannya sebagai seorang motivator, menjadikan Indonesia kekuatan lima besar dunia.
Ia pun sangat berkesan terhadap foto KH Abdul Jabbar Ashiri, saat berkesempatan berkeliling melihat foto-foto kenangan di pesantren itu. KH Abdul Jabbar merupakan guru Anis saat mondok. “Beliau guru saya. Saya selalu berdoa untuk beliau (KH. Abdul Jabbar Ashiri, red) yang telah mendedikasikan diri dalam membangun pesantren ini.”
Dalam kesempatan itu, Anis juga mengunjungi pesantren lainnya tempat dia menimba ilmu agama di Makassar, yakni Pesantren Darul Aman. Di Pesantren ini
Anis bertemu dengan KH Abdul Djalil Thahir, salah seorang gurunya yang masih hidup hingga saat ini yang juga merupakan salah satu pendiri pesantren tersebut.
Abdul Djalil dikenal berpengaruh terhadap pembentukan hati dan jiwa Anis. “Saya sudah melihat jiwa pemimpin anak ini (Anis Matta red), bukan hanya cerdas tapì juga pemberani dia. Dia pernah pimpin temannya demo saya,” tawa KH Abdul Djalil Thahir sambil mengenang saat menjadi guru Anis Matta. (akhir)