TRENGGALEK, beritalima.com
Dengan adanya dinamika sosial yang terus berkembang secara massif terkait sebaran faham radikalisme di hampir seluruh wilayah Indonesia maka dipandang perlu untuk secara dini membatasi itu.
Untuk itulah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Trenggalek bekerjasama dengan Polres Trenggalek menggelar Focus Discussion Group (FGD) bersama para Da’i Millenial, Selasa (15/10/2019).
Disebut Da’i Millenial karena para peserta merupakan para calon pendakwah muda yang sudah akrab dengan teknologi dan media sosial.
Hal ini sebagaimana disebut oleh Ketua MUI Trenggalek, KH. Safi’ie melalui Sekretaris Umumnya KH. Jamaludin Malik kepada beritalima.com disela acara FGD di aula Bhawarasa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek.
“Ada sekitar 50 orang Da’i Millenial dari beberapa ormas Islam yang kita undang mengikuti kegiatan ini, dengan mendatangkan narasumber pihak Polres Trenggalek, Kodim 0806, Kemenag dan MUI Provinsi,” sebutnya.
Menurut Jamaludin, forum seperti memang sudah dipandang perlu dilaksanakan. Karena tidak bisa dipungkiri jika saat ini media sosial sudah sangat mendominasi sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Forum diskusi ini selain untuk memberikan pemahaman serta wawasan terhadap generasi muda khususnya para da’i muda, juga sebagai sarana filterisasi pengaruh buruk radikalisme kepada masyarakat.
“Dengan ini, diharapkan nantinya para kader Da’i muda millenial akan bisa bersama-sama membantu pihak penegak hukum dan stakeholder terkait dalam mengantisipasi adanya bahaya radikalisme,” imbuhnya.
Sementara, Kapolres Trenggalek Jean Calvijn Simanjuntak mengungkapkan tentang dampak dari pola-pola radikalisme akhir-akhir ini yang sudah mulai menyasar para pelajar, mahasiswa maupun santri-santri potensial melalui media maya.
“Saat ini, pola sebarannya sudah sangat massif. Tidak seperti dulu yang di propagandakan secara langsung antar perorangan ‘person to person’ namun telah bergeser menggunakan jaringan maya,” ujar Kapolres.
Ini sangat berbahaya, sambungnya, karena hanya bermodal jari maka dampaknya bisa merugikan banyak pihak. Dari hasil pembuktian lapangan dan analisa fakta yang ada, tidak semua konflik itu ujug-ujug atau tiba-tiba muncul.
“Semua pasti ada penyebab awalnya. Selain bermula dari konflik sosial, politik, ideologi, ekonomi baik vertikal dan horizontal, anarkhisme juga bisa disebabkan oleh adanya penyalahgunaan narkoba,” tandas mantan Kasubdit l Ditresnarkoba Polda Metro Jaya itu.
Jadi, apapun potensi pemicu konflik harus kita antisipasi bersama. Semua pihak seyogyanya bisa saling dukung dan bantu demi kondusifitas wilayah karena banyaknya dampak buruk akibat konflik yang ada.
“Ketidak bijakan dalam menyikapi fenomena dewasa ini maka diperlukan forum-forum diskusi seperti ini. Harapannya, da’i-da’i milenial ini bisa menjadi kepanjangan tangan dari aparat penegak hukum maupun pemerintah dalam meminimalkan faham radikalisme,” jelasnya.
Ditegaskan AKBP Calvijn, pemerintah dan aparat penegak hukum tidak akan mampu bekerja sendiri karena saat ini faham radikalisme sudah begitu massif di kampanyekan melalui banyak media. Polanya sudah sangat terstruktur dengan cara awal cuci otak (brain wash). Biasanya sasaran dari “brain wash” itu para generasi muda yang punya prestasi serta kompetensi lebih.
“Metode ‘brain wash’ sudah banyak terbukti dibeberapa tempat mengenai itu. Dalam usia-usia produktif, para generasi potensial yang berprestasi ini sangat rawan menjadi sasaran. Makanya harus lebih intensif diawasi,” harapnya.
Beberapa poin pokok dari faham radikalisme itu adalah keinginan dari kelompok tertentu yang ingin merubah suatu tatanan menurut kefahaman mereka sendiri. Menurut mereka, apa yg sudah ada ini tidak sesuai dengan keyakinan mereka. Adapun bentuk-bentuk radikalisme yaitu bentuk-bentuk kekerasan, intimidasi, aksi teror, serta adanya perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang ada.
“Jangan ‘underestimate’ terhadap kondisi Trenggalek yang masih selalu tenang. Semua pihak harus tetap waspada,” pesan perwira menengah berdarah Batak ini.
Selain itu, masih kata dia, jangan melihat segala hal hanya dari “packaging” (kemasan_nya) saja. Harus tetap berhati2. Karena menurut data intelijen, ternyata ada pula beberapa gerakan menyimpang dari beberapa pihak yang terdeteksi di wilayah Trenggalek. Upaya-upaya sudah selalu kita lakukan, namun begitu kita tetap menghimbau kepada semua pihak untuk kiranya bersama-sama membantu agar Trenggalek tetap aman dan kondusif.
“Dengan pencerahan ini, semoga adik-adik Da’i milenial ini bisa benar-benar membantu masyarakat untuk bisa meluruskan informasi apapun sehingga tidak salah dalam memahami nya,” pungkasnya.(her)