GOWA. Para petani di Desa Panciro Gowa, panen tiga kali setahun dengan memanfaatkan pompa air guna mengairi lahan persawahan.
Demikian ditegaskan Kepala Desa Panciro Gowa, Anwar Dg Malolo, SE didampingi Kasi Pemerintahan Desa, Fhadly, S.Sos, Babin Kamtibmas Panciro, Aiptu Syamsuddin, Jumat sore (26/3/2021) saat menerima silaturrahmi dosen Komunikasi Fisip Unismuh Makassar, Dr.Muhammad Yahya, M.Si dan Syukri, S.Sos, M.Si di Balla Kayu Panciro.
Dijelaskan, saat ini di Panciro terdapat 13 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan masing-masing Gapoktan beranggotakan 25 petani.
Masing masing Gapoktan itu mengelola lahan sekitar 25 Ha malah ada yang lebih dan jadi total lahan areal pertanian tanaman padi sekitar 500 ha. Rata-rata sekali panen mampu menghasilkan gabah sebanyak 500 ton, kata Putra Panciro kelahiran 10 Pebruari 1976.
Pompa air untuk kebutuhan mengairi lahan persawahan petani itu saat ini berjumlah 100 pompa, beberapa di antara berupa bantuan dari pemerintah tetapi ada juga pengadaan secara swadaya para petani, tandasnya.
Panciro sebagai wilayah penyanggah dari Kota Metropolitan Makassar, sehingga ada sekitar 40 persen jumlah penduduk sekitar 9000 jiwa, bekerja dan mencari hidup di Makassar, ungkap mahasiswa S2 Manajemen PPs-Universitas Indonesia Timur ini.
Karena posisi daerah penyanggah sehingga setiap saat butuh lahan untuk pemukiman. Perjalanan waktu lahan lahan pertanian itu hampir setiap saat mengalami penyusutan karena alih fungsi lahan jadi pemukiman dan lahan kebutuhan lain, ungkapnya.
Warga Desa Panciro cukup banyak yang bekerja di sektor informal, seperti buruh bangunan tukang batu, tukang kayu, penjual keliling dan pekerjaan lainnya, katanya.
Saat ini ada empat dusun di Desa Panciro yakni; Dusun Mattirobaji, Kampung Parang, Bontoramba dan Bontoramba Selatan. (ulla).