Oleh :
DR.dr.Robert Arjuna FEAS*
Di minggu pagi saya rencana mau ajak teman akrabku Pak Joni 67 tahun badan gemuk petokok kuat sehari harus habisi 3 bungkus Rokok Gudang Garam, saya terkejut melihat betis kanan kok merah amat dan panas jalan sedikkit terasa sakit,padahal saya dan dia baru pulang dari perjalanan Semarang- Surabaya dengan membawa mobil avansa denfan supir dewe,Kamipun ke IGD RS Swasta Surabaya tetnyata Pak Joni divonis sakit Deep Vein Thromnosis atau dikenal sumbatan pembuluh darah vena di betis.
Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah pada satu atau lebih pembuluh darah vena dalam. Pada sebagian besar kasus, DVT terbentuk di pembuluh darah paha atau betis, tetapi bisa juga di pembuluh darah bagian tubuh lain. Pada deep vein thrombosis, terjadi penggumpalan darah di vena dalam sehingga menyumbat aliran darah. Apabila dibiarkan, gumpalan darah ini bisa terlepas dan mengikuti aliran darah, kemudian menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru. Akibatnya, penderita akan sulit bernapas, bahkan bisa mengalami kematian.
Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena bagian dalam. Kondisi ini umumnya muncul pada pembuluh vena besar yang terdapat di bagian paha dan betis. Trombosis vena juga dapat muncul di pembuluh darah vena lainnya, seperti lengan, dan dapat menyebar hingga ke paru-paru. DVT yang menyerang paru-paru dapat menyumbat separuh atau seluruh bagian dari arteri paru, sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi berbahaya bernama emboli paru pulmonary embolism (PE) dan venous thromboembolism (VTE).
FAKTOR RESIKO DVT:
1. Riwayat Gangguan Penggumpalan Darah
2. Tidur Berkepanjangan
3. Cedera atau Baru Melakukan Pembedahan
4. Kehamilan
5. Pil KB atau Terapi Hormon
6. Kelebihan Berat Badan atau Obesitas
7. Merokok
8. Kanker
9. Penyakit Radang Usus
10. Duduk dalam Waktu yang Lama
11. Berusia lebih dari 60 tahun
12. Memiliki kebiasaan merokok
13. Menggunakan NAPZA jenis suntik
14. Mengonsumsi obat kemoterapi
15. Menderita kelainan genetik yang menyebabkan darah lebih mudah menggumpal, seperti Factor V Leiden, sindrom nefrotik, dan sindrom antifosfolipid
16. Melakukan perjalanan panjang menggunakan mobil, kereta, atau pesawat, yang membuat kaki tidak banyak bergerak
17. Menjalani tirah baring, lumpuh, atau menderita penyakit yang membuat kaki tidak bergerak dalam waktu lama
18. Menderita serangan jantung, gagal jantung, kanker, radang usus, berat badan berlebih, atau obesitas
19. Memiliki riwayat operasi di pembuluh darah vena, seperti operasi jantung, operasi perut, atau operasi penggantian lutut dan panggul
20. Memiliki riwayat cedera di tubuh bagian bawah, seperti patah tulang paha, tulang kaki, atau tulang panggul
21. Menderita penyakit yang mengganggu fungsi pembuluh darah, seperti vaskulitis dan varises
22. Mengalami kenaikan kadar hormon estrogen, misalnya karena kehamilan, baru saja melahirkan, serta mengonsumsi pil KB atau obat pengganti hormon estrogen
23. Memiliki riwayat DVT atau emboli paru, baik pada diri sendiri maupun di dalam keluarga
Gejala Deep Vein Thrombosis
1. Tungkai yang mengalami DVT terasa hangat
2. Nyeri yang memburuk saat menekuk kaki
3. Bengkak pada salah satu tungkai, terutama di betis
4. Kram yang biasanya bermula di betis, terutama di malam hari
5. Perubahan warna kaki menjadi pucat, merah, atau lebih gelap
Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam dapat menyerang area tungkai dan lengan.
1. Pengidapnya akan merasakan sakit,
2. Pembengkakan
3. nyeri pada area tersebut.
4. warna kulit yang kemerahan serta rasa hangat dapat terasa,
5. belakang lutut disertai rasa sakit yang makin menjadi-jadi saat menekuk kaki mendekati lutut.
6. Pembuluh darah di sekitar area yang terjangkit tampak lebih besar dari biasanya.
PENYEBAB DVT:
1. Kerusakan di pembuluh darah vena
2. Gangguan aliran darah di pembuluh darah vena
3. Kondisi darah yang lebih mudah menggumpal (hiperkoagulabilitas)
Segera ke dokter jika mengalami gejala DVT yang telah disebutkan di atas. Jika tidak segera ditangani, gumpalan darah DVT dapat menuju ke paru-paru dan menyebabkan pembuluh darah di paru-paru tersumbat. Kondisi ini dinamakan dengan emboli paru. Emboli paru merupakan kondisi darurat medis yang harus diwaspadai, dengan gejala berupa:
1. Batuk berdarah
2. Denyut nadi terasa cepat
3. Sesak napas atau napas terasa memendek secara tiba-tiba
4. Nyeri dada yang memburuk saat batuk atau ketika menarik napas panjang
5. Pusing dan berasa akan pingsan
DIAGNOSA PENUNJANG
1. Tes darah
bertujuan untuk mengukur kadar D-dimer, yaitu protein yang terbentuk ketika gumpalan darah terurai di dalam aliran darah. Kadar D-dimer yang makin tinggi menunjukkan kemungkinan terjadi DVT pada pasien.
2. USG Doppler
Tujuan pemeriksaan USG doppler adalah untuk melihat apakah darah mengalir normal atau tersumbat akibat adanya penggumpalan darah.
3. Venografi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui letak aliran darah yang tersumbat akibat gumpalan darah. Venografi merupakan pemeriksaan foto Rontgen yang dilakukan dengan bantuan suntikan zat pewarna kontras di pembuluh darah vena pasien.
4. MRI
Pemindaian dengan MRI dilakukan untuk mendapatkan gambaran pembuluh darah vena secara keseluruhan. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi gangguan lain yang mungkin terjadi di organ sekitar pembuluh darah yang bermasalah.
KOMPLIKASI DVT
1. Emboli Paru
2. Sindrom Pasca-phlebitis
PENGOBATAN DVT
1. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan kepada pasien DVT adalah obat antikoagulan, seperti heparin dan warfarin. Obat ini berfungsi mencegah gumpalan darah membesar dan mengurangi risiko terbentuknya gumpalan darah baru.
Jika DVT yang dialami pasien cukup parah atau terdapat emboli paru, dokter akan meresepkan obat trombolitik. Obat ini bekerja dengan cara memecah gumpalan darah secara cepat.
2. Filter vena cava
Jika pemberian obat-obatan tidak efektif, dokter akan memasang filter khusus di pembuluh darah rongga perut utama (vena cava). Filter tersebut berfungsi untuk mencegah gumpalan darah memasuki paru-paru dan menyebabkan emboli paru.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa pemasangan filter dalam jangka panjang justru bisa memperburuk kondisi. Oleh sebab itu, filter sebaiknya dilepas setelah risiko terjadinya komplikasi berkurang.
3. Stoking kompresi
Stoking kompresi dipakai di bawah atau di atas lutut untuk mencegah pembengkakan akibat DVT. Dokter akan menyarankan pasien untuk mengenakan stoking kompresi ini setiap hari, minimal sampai 2 tahun. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko terbentuknya gumpalan darah baru.
4. Trombektomi
Trombektomi dilakukan jika gumpalan darah berukuran besar dan sampai menyebabkan kerusakan jaringan. Prosedur ini dilakukan dengan membuat irisan kecil di pembuluh darah. Setelah itu, dokter akan mengangkat gumpalan darah, kemudian memperbaiki jaringan dan pembuluh darah yang rusak.
Pada beberapa kasus, dokter akan menggunakan balon khusus untuk membuat pembuluh darah tetap terbuka lebar selama proses pengangkatan gumpalan darah. Setelah itu, balon akan diangkat bersama gumpalan darah.
PENCEGAHAN
1. Jika Anda baru saja menjalani tirah baring dalam waktu lama, gerakkan tungkai sesekali atau berjalan bila sanggup agar aliran darah tetap lancar.
2. Jika Anda sedang dalam perjalanan panjang atau pekerjaan mengharuskan Anda duduk dalam waktu lama, lakukan gerakan tungkai sederhana atau sesekali bangun dari tempat duduk untuk berjalan.
3. Jika Anda baru menjalani operasi, konsumsilah obat antikoagulan yang diresepkan oleh dokter agar risiko terbentuknya gumpalan darah setelah operasi menjadi berkurang.
4. Jalani pola hidup sehat, seperti tidak merokok, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mempertahankan berat badan ideal, serta berolahraga secara teratur.
Demikian agar diindahkan ,sekias penyakit Deep Vein Thrombosis, terimakasih
RobertoNews1614 《31.10.22(07.30)》
• Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan