Apakah Jamu-Herbal Itu Obat ?

  • Whatsapp
Dr. dr. Robert Arjuna MD PhD

Oleh, DR.dr. Robert Arjuna FEAS

Banyak orang bertanya padaku , pak dokter apakah jamu-herbal itu termasuk,obat? Saya jawab tegas
bahwa segala sesuatu bahan yang kita telah melalui mulut dan berefek berobah sesuatu kesakitan atau
gejala maka itu dikatakan obat.seperti kisah pengalaman saya dalam praktek menghadapi kasus ini……
Suatu hari badan si Rudy mengeluh capek baru pulang dari daki gunung, kebetulan Jamu gendong lewat,
oleh ibu penjual membuka jamu dan dikocok dengan sebutir telor kampung lalu diseduh airpanas dan
disuruh minum, besok harinya Rudy badan merasa fit kembali tanpa minum obat dari dokter. Kasus lain
adalah bu Wiwin minum temulawak secara rutin karena divonis terserang Hepatitis dari seluruh badannya
warna kuning sampai ke kaki, setelah minum temulawak tanpa berobat ke medis ,badannya kembali
normal lagi, diapun bertanya , minum jamu itu obat bukan?Ada cerita lain yang mengeluh selalu kembung
yang hampir setahun lamanya berkunjung ke dokter penyakit dalam.

Oleh teman sekantorbmemperkenalkn jamu dari RRC maka diapun minum jamu yang dicapsulkan dari
RRC , tak terduga lambung menjadi sembuh sehingga diiapun ikut mempromosikan obat ke teman lainnya
yang mengeluh kembung dan sakit maag, apakah jamu itu obat? Kok kerjanya baik dan ampuh.
Bicara jamu itu obat! Kita masih kalah bersaingan dengan CTM ( Chenese traditional Medicine ) yang di
era pandemi Covid-19 terjadi di Wuhan .mereka kembangkan obat LIANHUA QINGWEN JIAONANG se
bagai obat pendamping obat medis lainnya untuk Covid ternyata berhasil maka obat tersebut dklaim
untuk Covid bahkan turut menyumbangkan obat ini ke Indonesia dalam jumlah yang sangat besar untuk
menangani infeksi Covid-19 ? Jadi semua orang bertanya Apakah jamu/ herbal itu obat?

Sungguh ironis tanah air kita yang luas dan indah permai dalam lagu Koesplus berkumandang dengan
tongkat dan kayu jadi tanaman itu . Bila ditanam tumbuhan herbal/ jamu niscaya akan tumbuh kembang
secara makmur yang bisa diolah menjadi capsul untuk kebutuhan manusia yang efeknya tak kalah sama
obat medis lainnya. Kenapa tidak!

Sayangnya pemahaman masyarakat terhadap obat tradisional sangat beragam dan beberapa belum
tepat. Asumsi-asumsi masyarakat terhadap obat tradisional sangat beragam dari yang sangat percaya
bahkan menimbulkan kecanduan hingga ketidakpercayaan. Obat herbal banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia untuk mengatasi gejala atau penyakit tertentu. Meski obat ini terbuat dari bahan
alami dan sudah sejak lama digunakan, kita perlu mengetahui cara mengonsumsi obat herbal yang aman
agar terhindar dari efek sampingnya.

Indonesia sangat dikenal dengan keanekaragaman tumbuhan dan bahan rempah yang kerap digunakan
sebagai bahan untuk obat dan suplemen herbal, misalnya rumput mutiara, purwoceng, dan daun
beluntas. Meski demikian, ada juga sebagian obat herbal yang terbuat dari hewan atau mineral. Di
Indonesia, obat herbal banyak dikonsumsi sebagai jamu. kini obat herbal juga banyak tersedia dalam
bentuk bubuk, kapsul, pil, dan teh herbal

Karena terbuat dari bahan alami, obat herbal sering dianggap lebih aman daripada obat-obatan medis.
Padahal, obat herbal tetap bisa menyebabkan efek samping, terlebih jika dikonsumsi terlalu banyak atau
dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, cara konsumsi obat herbal perlu diperhatikan.
Jamu harus memenuhi kriteria :

1. aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
3. memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.-
Obat herbal yang telah terdaftar di BPOM RI umumnya aman untuk dikonsumsi. Di Indonesia, obat herbal
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Obat herbal tradisional :Obat herbal jenis ini dikenal sebagai obat tradisional atau jamu.
Bahan-bahannya sudah digunakan sejak turun-temurun dan merupakan resep warisan
budaya Indonesia. Obat herbal tradisional dikelompokkan lagi menjadi jamu, obat herbal
terstandar (OHT), dan fitofarmaka.

2. Obat herbal nontradisional :Obat herbal ini berasal dari bahan-bahan yang tidak lazim
digunakan secara tradisional di Indonesia, tetapi berpotensi memiliki manfaat bagi
kesehatan tubuh. Meski masih jarang digunakan di Indonesia, obat herbal nontradisional
telah digunakan di negara lain secara turun-temurun.

Sebelum mengizinkan peredaran produk obat herbal, BPOM RI akan melakukan serangkaian uji coba
ilmiah untuk memastikan apakah produk tersebut mengandung zat-zat berbahaya.Namun, untuk obat
herbal yang telah digunakan sejak turun-temurun, seperti jamu, biasanya tidak perlu dilakukan uji klinis
lagi. obat herbal tradisional dikembangkan menjadi obat herbal terstandar (OHT) atau fitofarmaka, jika
disertai dengan bukti empiris dan data uji klinis serta nonklinis.Proses uji klinis suatu produk meliputi
pengecekan terhadap jenis dan bagian tumbuhan yang dipakai, cara pengolahan bahan baku, dan metode
ekstraksi yang digunakan.

Selain itu, obat herbal yang beredar di Indonesia tidak boleh mengandung Bahan Kimia Obat (BKO), etil
alkohol lebih dari 1%, narkotika atau psikotropika, serta bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan
dan berakibat fatal
Kriteria obat tradisional, OHT dan fitofarmaka adalah sebagai berikut:
1. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang
secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan Jamu adalah salah
satu bentuk obat tradisional.

2. Obat Herbal Terstandarisasi adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan
bahan bakunya telah distandarisasi. Contoh OHT yang beredar di Indonesia adalah Antangin
JRG, OB Herbal, Mastin, Lelap, Dia
3. Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia),
bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.Memang fitofarmaka merupakan obat
herbal yang diresepkan oleh para dokter mengingat sudah teruji baik pada hewan maupun
manusia. Contoh fitofarmaka: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar, Inlacin, VipAlbumin plus,
Rheumaneer.

Hampir semua tanaman yang digunakan sebagai obat herbal memiliki efek antioksidan. Berkat kandungan
antioksidan yang cukup tinggi, obat herbal sering dikonsumsi untuk memelihara kesehatan dan
mengurangi risiko terjadinya berbagai penyakit, seperti kanker, demensia, diabetes, dan
aterosklerosis.Ada juga obat herbal yang memiliki sifat antiradang, antibakteri, antijamur, dan antinyeri.
Itulah sebabnya, obat herbal juga sering digunakan untuk mengatasi demam dan nyeri karena peradangan
atau infeksi.seehingga sangat tepat dikomsumsi di era pandemi Covid.

Meski demikian, data mengenai efektivitas obat herbal untuk pengobatan penyakit masih sangat terbatas.
Meski ada banyak orang yang merasa lebih baik setelah mengonsumsi obat herbal, tidak sedikit pula yang
mengalami efek samping, seperti gangguan pencernaan, pusing, reaksi alergi, atau bahkan keracunan.
Sebagian besar bahan alami yang dijadikan obat herbal memang aman untuk dikonsumsi. Meski begitu,
obat herbal tetap berpotensi menyebabkan efek samping. Informasi mengenai efek samping yang
mungkin terjadi biasanya tertera pada kemasan produk obat herbal.

Ada beberapa kelompok yang perlu menghindari konsumsi obat herbal, yaitu:
1. Ibu hamil dan menyusui
2. Orang yang akan menjalani operasi
3. Orang dengan kondisi medis tertentu, seperti gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal,
atau penyakit autoimun

Selain itu, obat herbal tidak bisa dikonsumsi bersama obat-obatan tertentu, seperti obat penurun tekanan
darah, obat pengencer darah, dan obat untuk diabetes, karena dapat menimbulkan interaksi obat dan
efek samping yang serius.Konsumsi obat herbal tidak boleh sembarangan, apalagi jika digunakan untuk
mengobati penyakit. Agar tidak mengalami efek samping yang berbahaya, terapkan cara-cara di atas
untuk mengonsumsi obat herbal dengan aman.

Pada jamu tidak boleh ada klaim khasiat menggunakan istilah farmakologi/medis seperti jamu untuk
hipertensi, jamu untuk diabetes, jamu untuk hiperlipidemia, jamu untuk TBC, jamu untuk asma, jamu
untuk infeksi jamur candida, jamu untuk impotensi dll.
Demikian artikel singkat ini untuk mengingatkan kiita bahwa Jamu/ herbal itu tak kalah dengan obat medis
lainnya. Mari saudara, hargailah dan swyangi produk produk jamu nasional,sebagi aset warisan nenek
moyang kita turun temurun .semoga!

RobertoNews 946 《 25.3.21(14,04)》
• Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait