Apakah Sepsis Itu , Bahayakah Ini ?

  • Whatsapp

Oleh:
DR.dr.Robert Arjuna FEAS*
Mungkin dalam beberapa bulan lalu, topik ini pernah kita angkat namum masih banyak pertanyaan dalam pembacaan untuk memahami SEPSI ini maka kita diskusi ulang dengan versi baru .Dalam kehidupan sehari hari.acap kali mendengar bahwa si polan lagi infeksi sepsis dan sedang di ICU RS mendapat perawatan khusus akibat kaki busuk,kenapa ini bisa terjadi?
Seperti halnya seorang satpam kami meni ggal karena sepsis akibat kaki terinjak duri kayu.
Bu Atin kena sepsis akibat tenggorakan sakit tak sembuh dan Pak Hariono sepsis karena pasang kateter lama.jadi sepsis itu bahaya ya? Bila salah satu pengobatan yang salah akan berakhir dengan kematian.

APA ITU SEPSIS ?
Sepsis adalah suatu kondisi yang terjadi karena reaksi berlebihan dan tidak terkendali dari sistem imun tubuh terhadap infeksi yang dapat menyebabkan gangguan pada organ dan jaringan tubuh. Kondisi ini perlu ditangani segera agar tidak memicu gagal organ dan bahkan kematian pada penderitanya.pemicu dari berbagai infeksi bakteri, infeksi jamur, infeksi parasit, ataupun infeksi virus.

Pada dasarnya setiap infeksi menyimpan risiko menimbulkan sepsis. Namun,sebagian besar kasus sepsis disebabkan infeksi perut, infeksi ginjal, infeksi kulit, infeksi aliran darah, dan infeksi paru (pneumonia).Mayoritas penderita sepsis bisa sembuh total dari penyakit ini. Namun, dibutuhkan waktu pemulihan yang cukup lama, bisa dalam hitungan bulan bahkan bertahun-tahun, tergantung dengan sistem imun penderita.

Sepsis disebabkan oleh agen kuman yang penularannya ialah darah ke darah seperti penyakit HIV, hepatitis C atau B, tentu dapat menular jika tertusuk oleh jarum telah terpapar darah pasien. Namun jika sepsis disebabkan oleh penyakit yang ditularkan melalui udara/makanan tentu tidak akan menular lewat jarum …

Dengan kata lain : Sepsis terjadi ketika infeksi menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh,yang mengganggu fungsi normal organ dan sistem tubuh, termasuk pada individu yang sebelumnya sehat.Oleh karena itu, deteksi dini dan pengobatan yang tepat menjadi kunci untuk menekan risiko komplikasi dan meningkatkan peluang kesembuhan.Akan tetapi sistem imun tubuh melawan infeksi secara berlebihan dan tidak terkendali. Alhasil, mengakibatkan serangkaian perubahan pada fungsi tubuh, bahkan menyebabkan kerusakan pada berbagai sistem organ sepsis jangan disepelekan:
1. Sepsis dapat berkembang dengan sangat cepat, sering kali dalam hitungan jam setelah infeksi dimulai.
2. Kondisi ini mampu mempengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh, menyebabkan kerusakan yang parah jika tidak segera ditangani

KELOMPOK ORANG YANG BERESIKO SEPSIS :
1. Orang yang Infeksi yang tidak diobati atau yang menyebar di dalam tubuh.
2. Orang yang berusia di atas 65 tahun memiliki risiko lebih tinggi karena sistem kekebalan tubuh yang mungkin melemah.
3. Pengidap penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit hati, atau penyakit paru-paru.
4. Individu yang menjalani pengobatan imunosupresif, misalnya setelah transplantasi organ.
5. Orang yang mengidap kanker karena memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah.
6. Penggunaan alat medis seperti kateter urin, ventilator, atau jalur infus jangka panjang dapat menjadi pintu masuk bagi infeksi yang berpotensi menyebabkan sepsis.
7. Luka bakar, luka besar, atau cedera yang membutuhkan intervensi medis dapat meningkatkan risiko infeksi yang kemudian bisa berkembang menjadi sepsis.
8. Konsumsi alkohol berlebihan atau penggunaan obat-obatan terlarang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko sepsis.
9. Pasien yang dirawat di rumah sakit, terutama di unit perawatan intensif (ICU), lebih rentan terkena sepsis karena paparan infeksi yang lebih besar dan prosedur medis yang invasif.
10. Infeksi selama kehamilan, persalinan, atau pascapersalinan dapat meningkatkan risiko sepsis pada ibu dan bayi.

ETIOLOGI SEPSIS :
Beberapa penyakit yang disebabkan infeksi sepsi seperti: pneumonia, infeksi pada lapisan perut sebelah dalam, penyakit usus buntu, infeksi saluran kemih, infeksi setelah operasi, meningitis, infeksi pada tulang dan infeksi pada jantung.
1. Infeksi virus, seperti influenza atau COVID-19.
2. Infeksi jamur pada pasien dengan kekebalan tubuh yang lemah.
3. Infeksi parasit, meskipun lebih jarang, seperti malaria.
4. Infeksi bakteri (penyebab paling umum), seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, atau infeksi luka
Sebagai contoh organ tubuh yang selalu terjadi sepsis :
1. Infeksi sistem pernapasan, seperti pneumonia.
2. Infeksi sistem urinaria (saluran kemih).
3. Infeksi sistem pencernaan, seperti radang usus buntu, peritonitis, gangguan usus, dan infeksi hati atau kantung empedu.
4. Infeksi yang menyerang otak atau sumsum tulang belakang.
5. Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam darah melalui luka terbuka atau lubang dari pemasangan kateter atau infus.
6. Infeksi kulit yang dapat menyebar yang terjadi di bawah permukaan kulit (selulitis).

GEJALA SEPSIS
Gejala sepsis dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi, tetapi secara umum melibatkan respons sistemik tubuh terhadap infeksi.Gejala utama sepsis yang harus diwaspadai meliputi:
1. Demam (suhu lebih dari 38 derajat Celsius) atau
2. Suhu tubuh rendah (suhu kurang dari 36 derajat Celsius
3. Respirasi rate atau tarikan napas lebih dari 20 kali/menit.
4. Denyut jantung lebih dari 90 kali/menit.
5. Jumlah leukosit (sel darah putih) lebih dari 12.000
6. Kebingungan atau penurunan kesadaran

GEJALA UNTUK ANAK ;
Sementara sepsis pada balita harus diwaspadai jika menimbulkan indikasi:
1. Kesulitan bernapas atau jeda napas (apnea).
2. Tampak lesu atau sulit dibangunkan.
3. Menangis terus-menerus atau tidak merespons seperti biasa.
4. Munculnya ruam kulit yang tidak memudar saat ditekan.
5. Suhu tubuh tidak normal (terlalu tinggi atau rendah)
DIAGNOSA PENUNJANG
1. Cek tekanan darah: Menilai kondisi umum pasien apakah terdapat tanda-tanda yang mengarah pada sepsis dan syok sepsis.
2. Cek pernapasan: Laju pernapasan yang lebih cepat dari 22 tarikan napas per menit juga bisa menjadi tanda dari ketidakstabilan hemodinamik yang dapat disebabkan oleh sepsis.
3. Skala Glasgow.
4. Tes darah: Mengecek fungsi organ ginjal dan hati, mendeteksi ada tidaknya infeksi, faktor penggumpalan darah, dan ketidakseimbangan elektrolit.
5. Tes saturasi oksigen: Untuk mengecek kadar oksigen di dalam darah.
6. Tes urine: Dapat dilakukan dengan urinalisis dan kultur urine.
7. Metode pencitraan: Dilakukan dengan foto toraks, USG, MRI, atau CT scan untuk mendeteksi gangguan pada organ dalam.

ORGAN TUBUH DIGANGGU :
Apabila sepsis tidak segera ditangani, maka akan bertambah parah, sehingga dapat menimbulkan kegagalan fungsi organ tubuh, seperti:
1. PARU PARU :Sindrom Distres Pernapasan Akut: Kondisi di mana paru-paru mengalami peradangan berat, menyebabkan kesulitan bernapas dan penurunan oksigenasi darah.
2. GINJAL : Gagal Ginjal Akut: Penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan akumulasi produk limbah dalam tubuh, memerlukan terapi penggantian ginjal seperti dialisis.
3. LIVER :Disfungsi Hati: Penurunan kemampuan hati dalam metabolisme dan detoksifikasi, yang dapat menyebabkan peningkatan bilirubin dan gangguan pembekuan darah.
4. JANTUNG :Disfungsi Kardiovaskular: Penurunan kemampuan jantung memompa darah secara efektif, yang dapat menyebabkan hipotensi dan syok.
5. OTAK ;Ensefalopati Septik: Gangguan fungsi otak yang menyebabkan kebingungan, penurunan kesadaran, hingga koma.
6. SISTEM PERDARAHAN ; Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC): Gangguan pembekuan darah yang menyebabkan perdarahan dan pembentukan bekuan darah secara bersamaan.
Keterlambatan dalam penanganan sepsis meningkatkan risiko terjadinya kegagalan organ-organ tersebut, yang secara signifikan menurunkan peluang kesembuhan dan meningkatkan angka kematian.

PENETAPAN SEPSIS !
1. Tes urine: Dapat dilakukan dengan urinalisis dan kultur urine.
2. Tes saturasi oksigen: Untuk mengecek kadar oksigen di dalam darah.
3. Tes darah: Mengecek fungsi organ ginjal dan hati, mendeteksi ada tidaknya infeksi, faktor penggumpalan darah, dan ketidakseimbangan elektrolit.
4. Tes tekanan darah: Menilai kondisi umum pasien apakah terdapat tanda-tanda yang mengarah pada sepsis dan syok sepsis.
5. Tes pernapasan: Laju pernapasan yang lebih cepat dari 22 tarikan napas per menit juga bisa menjadi tanda dari ketidakstabilan hemodinamik yang dapat disebabkan oleh sepsis.
6. Metode pencitraan: Dilakukan dengan foto toraks, USG, MRI, atau CT scan untuk mendeteksi gangguan pada organ dalam.
7. Glasgow Coma Scale atau GCS adalah metode pemeriksaan dasar yang digunakan secara luas untuk mengevaluasi tingkat kesadaran dan sering kali digunakan untuk menilai fungsi neurologis pasien, salah satunya pada kasus yang terkait dengan keparahan cedera otak.

Dalam dunia medis, tujuan Glasgow Coma Scale adalah sebagai standar untuk mengukur respons dan status neurologis pasien.3 KomponenPengukuran Glasgow coma scale
1. Respons Mata (Eye Opening Response)
Komponen pertama GCS adalah kemampuan pasien untuk membuka mata sebagai respons terhadap rangsangan secara spontan. Berikut adalah penilaian GCS yang diberikan, antara lain:
Nilai 4: Dapat membuka mata secara spontan.
Nilai 3: Dapat membuka mata sebagai respons terhadap perintah verbal.
Nilai 2: Membuka mata sebagai respons terhadap rangsangan nyeri atau paksaan.
Nilai 1: Tidak dapat membuka mata sama sekali terhadap rangsangan apa pun.

2. Respons Verbal (Verbal Response)
Komponen ini mengevaluasi respons pasien dalam memberikan respon verbal atau kata-kata terhadap rangsangan. Skor penilaian GCS adalah sebagai berikut:
Nilai 5: Oriented (pasien sadar dan merespons pertanyaan dengan benar).
Nilai 4: Confused (pasien bingung atau disorientasi (tidak mengetahui waktu atau tempat mereka berada saat itu, bahkan kadang tak mengenali identitas diri sendiri), namun masih bisa menjawab pertanyaan).
Nilai 3: Words (pasien memberikan respons tidak sesuai dengan instruksi atau pertanyaan).
Nilai 2: Sounds (pasien hanya dapat mengeluarkan suara yang tidak dapat dipahami).
Nilai 1: No response (pasien tidak memberikan respons verbal terhadap rangsangan apapun).

3. Respons Motorik (Motor Response)
Komponen terakhir dalam GCS adalah respons motorik yang menilai gerakan fisik pasien terhadap rangsangan. Skor penilaian GCS yang diberikan adalah sebagai berikut:
Nilai 6: Obeys commands (pasien dapat melakukan gerakan sesuai perintah).
Nilai 5: Moves to localized pain (pasien dapat mengarahkan gerakan ke sumber rangsangan nyeri).
Nilai 4: Flexion or withdrawal from painful stimuli (terjadi fleksi atau pasien menarik atau menghindari rangsangan nyeri).
Nilai 3: Abnormal flexion (pasien menunjukkan gerakan fleksi sebagai respons terhadap rangsangan).
Nilai 2: Abnormal extension (pasien menunjukkan gerakan ekstensi sebagai respons terhadap rangsangan).
Nilai 1: No response (pasien tidak memberikan respons motorik terhadap rangsangan apa pun).

PENGOBATAN SEPSIS
1. Pemberian antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri.
2. Alat bantu pernapasan apabila pasien sulit bernapas.
3. Pemberian obat vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah normal.
4. Cairan infus atau intravena (IV) untuk mencegah kehilangan terlalu banyak cairan yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi organ dalam tubuh.
5. Kalau ada gagal g8njal segera lakukan Dialisis (cuci darah) atau Operasi untuk mengangkat jaringan atau organ dalam tubuh yang menyebabkan sepsis.

Maka setiap ada luka atau infeksi harus diobati tuntas jangan dianggap sepele,jangan sampai sepsis menyerang kita baru mulai berobat,kadang terlambat mengatadi nyawa dulu hilang begitu saja,dengan ada pedoman pengetahuan diatas kita perlu waspada jangan sepsi itu datang menyerang baru kita hsdapi, harus sedia payung sebelum hujan,terimakasih
RobertoNews 1896 《20.1.25 (06.00)》
• Praktisi Dokter & Penukis Ilmu Kesehatan

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait