Arda Senaman WR I Unsat Makassar Asal Manggarai

  • Whatsapp

Pembantu Rektor I Universitas Satria Makassar (UNSAT) Drs.Arda Senaman, M.Si, adalah sosok Manggarai perantauan yang terbilang sukses meniti karier di Kota Metropolitan Makassar.

Posisi selaku orang nomor dua di kampus terletak di Jl. Veteran Selatan Makassar ini, diperoleh dengan penuh liku dan perjuangan. Usai menammatkan SMA Negeri Ruteng 1987, langsung meninggalkan tanah leluhurnya, merantau ke Makassar dan lanjut kuliah di UNSAT memilih jurusan ilmu penerangan.

Meraih gelar sarjana penerangan 1993, semasa jadi mahasiswa, pria kelahiran Manggarai 31 Desember 1967 ini, menjadi staf pendiri dan rektor pertama Unsat, Mr.Dr.HM.Natzir Said sejak 1990-1993.

Kariernya terus melaju sejak 1993 diberi amanah jadi Kepala BAAK Unsat. Mulai diangkat jadi dosen tetap yayasan 1996. Dua periode rektor Unsat, almarhum Dr..Hj. Rosmawati Bachtiar, M.Hum, dia diberi amanah menjadi WR III dan I.

Periode rektor baru Prof Dr Abd Hakim Yassi, Arda kembali diberi amanah jadi WR I. Sebelum dilantik WR I, dia menjabat selaku Asdir I PPs-Unsat. Magister komunikasi PPs-Unhas 2003, juga aktif pada Kerukunan Keluarga Manggarai di Makassar.

Turnamen sepak bola Komodo Cup, sudah 16 tahun digelar diikuti peserta masing-masing kecamatan di Manggarai NTT. Awal mula turnamen 2000, jumlah kesebelasan ikut ambil bagian sebanyak 12 peserta. Rentang waktu satu dasawarsa lebih, jumlah peserta mengalami peningkatan hampir tiga kali lipat.

Lokasi pelaksanaan turnamen di lapangan sepak bola TNI Armed Makassar, Jl. Mappaoddang. Turnamen ini jadi hiburan bagi warga Manggarai di Makassar yang berjumlah 6000 lebih. Selain hiburan, juga menjadi media silaturrahmi sesama warga saling bertemu dan menjalin serta mempererat tali persaudaraan, tegas Mahasiswa S3 Sosiologi PPs-Universitas Negeri Makassar ini.

Pelaksanaan turnamen butuh waktu berbulan-bulan, karena hanya digelar setiap hari minggu, mulai pagi jam 09.30 WITA sampai sore jam 17.00 WITA. Warga yang datang menonton setiap kali turnamen mencapai 3500 orang, itu terbaca dari harga karcis yang terkumpul setiap kali pertandingan mencapai Rp. 6.5 juta. Harga karcis dikenakan Rp.5.000, per orang, tegas magister komunikasi pembangunan Program Pascsarjana UNHAS Makassar ini.

Setiap hari minggu, warga berbondong-bondong membawa keluarga ke lapangan ., Malah terkadang ada ibu-ibu membawa ayunan untuk anak balita. Ketika tiba waktu pertandingan, di kalangan warga Manggarai berlaku kesepakatan umum di antara mereka dalam bahasa Manggaraai mengatakan ‘’Nggalu para mbaru’ artinya, tutup rapat pintu rumah dan semua turun menonton.

Lewat turnamen itu, warga Manggarai yang tinggal menetap di seluruh sudut Kota Metropolitan Makassar, berdatangan dan saling bertemu setelah sebelumnya karena kesibukan dengan pekerjaan dan profesi masing-masing, sehingga pada turnamen sepak bola ini baru dapat saling berintraksi, tandasnya.

Selama turnamen kadang terjadi konflik dan gesekan sesama supporter, tetapi biasanya dapat diselesaikan dan dicarikan konsensus di lapangan. Setelah didamaikan maka sudah selesai masalah, tidak sampai dibawa keluar arena pertandingan

Kesebelasan yang ikut bertanding termasuk di antaranya; PS Reo, PS Ndoso; PS Elar; PS.Komodo; PS Boleng; PS Cibal; PS Lambaleda; PS Ruteng; PS Welak; PS Rana Mesa; PS Lembor; PS Lelak; PS Borong dan masih masih banyak kesebelasan lainnya.

Kesebelasan itu adalah nama kecamatan yang ada di Manggarai yang kini sudah dimekarkan jadi tiga kabupaten, Manggarai Tengah, Manggari Timur, Manggarai Barat. Anggota kesebelasan itu dominan berasal dari mahasiswa asal Manggarai yang menuntut ilmu di Makassar, ungkap pendiri Ikatan Keluarga Muslim Manggarai Barat Makassar 1992 ini. (yahya)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *