SURABAYA, Beritalima.com | Ketua TP PKK Prov. Jatim Arumi Bachsin Emil Dardak menyampaikan, bahwa proses pembelajaran sekolah secara tatap muka di era new normal harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Penerapannya, sebut Arumi, harus melihat kondisi penyebaran pandemi Covid-19 di sebuah wilayah apakah masuk zona merah, kuning atau hijau.
“Pandangan saya terhadap pembelajaran sekolah tatap muka harus dilakukan dengan penuh kehati hatian, ditengah Pandemi Covid-19 yang masih belum hilang di Indonesia khususnya Jawa Timur,” ungkapnya saat menjadi narasumber Safari Nasional dan Bincang Santai Lembaga Pembinaan dan Pengelolaan Keluarga Sakinah (LPPKS) dengan tema ‘Persiapan Pembelajaran Tatap Muka di Era New Normal’ di Kapas Krampung Plaza (Kazza) Mall Surabaya, Sabtu (10/4).
Arumi memandang, melaksanakan pembelajaran tatap muka di era new normal saat ini harus diperhatikan secara seksama. Utamanya terkait status zona di suatu wilayah. Jika wilayah tersebut sudah masuk pada kategori hijau, maka pihak sekolah bisa berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 dan pihak terkait apakah wilayah tersebut dinyatakan layak atau tidak.
Saat ini, kasus penyebaran virus Corona kurvanya berbeda dan masih cenderung naik turun. Untuk itu, bagi sekolah yang ingin membuka pembelajaran tatap muka harus dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan (Prokes) secara ketat.
Arumi menyebut, terdapat beberapa daerah di Jatim yang telah masuk pada kategori zona hijau dan mulai membuka pembelajaran tatap muka dengan konsep 50 % offline dan 50 % online dengan sistem bergantian.
Dirinya berharap, kepada para guru dan tenaga pendidik untuk dapat bersabar memberikan layanan pendidikan kepada anak didik baik secara daring maupun tatap muka di tengah pandemi Covid-19.
“Saya berharap kepada para guru dan tenaga pendidik untuk tetap menerapkan Prokes jika nantinya pembelajaran tatap muka dilakukan,” pintanya.
Dalam kesempatan itu, Arumi juga menyatakan, bahwa terdapat pekerjaan rumah (PR) dari setiap orang tua. PR tersebut yakni membatasi kegiatan anak agar tidak kecanduan gadget atau smartphone.
Menurut Arumi, penggunaan gadget harus mulai dikurangi lewat kegiatan yang ceria atau melalui cerita maupun dongeng yang menarik disertai dengan kegiatan bermain lainnya. Tujuannya, agar anak bisa bermain dan mengimplementasikan cerita-cerita dalam kehidupan sehari hari.
“Kepada orang tua agar bisa pintar untuk bercerita dan melakukan kegiatan yang produktif. Kita juga harus mempersiapkan masa pembelajaran yang baru di era new normal. Mari kita berjuang bersama untuk mencerdaskan generasi bangsa kita,” tutupnya.(*).