Sejak tahun 2020 pandemi telah merenggut produktivitas masyaraka Indonesia. Banyak aktivitas yang terbelenggu. Namun di tengah kondisi tidak biasa ini masih tersimpan asa dan harapan bagi dunia jurnalistik. Terutama bagi wartawan yang menjadi garda utama yang terus menebarkan informasi terkini kepada publik.
Menjalankan profesi sebagai wartawan berarti telah mendedikasikan hidup untuk meliput berita tanpa mengenal lelah dalam kondisi apapun serta berkomitmen dapat bertugas dalam medan apapun. Padahal sebagai insan manusia, kondisi ini memiliki tanggung jawab yang besar dan sangat menantang. Perjuangan wartawan untuk sampai ke lokasi peliputan merupakan suatu hal luar biasa. Banyaknya korban yang ditemui di tenda pengungsian juga menjadi tantangan tersendiri bagi wartawan untuk tetap fokus pada peliputan dan tidak terlarut dalam suasana. Terlebih lagi di tengah amuka wabah covid-19, wartawan tetap harus bertugas menyiarkan berita.
Kerja wartawan di tengah pandemi memiliki tantangan tersendiri. Dengan adanya kebijakan pemerintah berupa physical distancing dan work from home, wartawan kini beralih berorientasi kepada pemanfaatan teknologi digital. Kegiatan peliputan di lapangan kini dilakukan dari rumah. Selain itu, masih ada beberapa tantangan lainnya yang harus dihadapi wartawan.
Wartawan terlibat dalam profesi yang secara khusus berhadapan risiko terpapar virus dan tergolong ke dalam Orang Dalam Resiko. Sebab saat menjalankan tugas ini, saat melakukan pencarian data yang faktual dan valid di lapangan, wartawan harus bekerja melakukan kontak dengan penduduk secara lansung. Tidak sedikit pahlawan berita gugur di medan perang dan memberi kabar duka akibat terjangkit virus corona. Dalam mengantisipasi terpapar virus corona, wartawan juga telah mendapatkan standar operasional yang mengutamakan kesehatan. Penerapan program 3M dari pemerintah yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan juga dilakukan oleh wartawan yang berperan sebagai agen perubahan yang mengedukasi masyarakat untuk lebih sadar akan kebersihan.
Selain itu, maraknya berita hoax terkait informasi virus corona juga menjadi isu yang harus segera diluruskan sehingga publik percaya kepada media. Belum lagi, pemberitaan terkait Covid-19 secara terus menerus tak jarang membuat bosan, jenuh, hingga depresi. Wartawan sebagai agen pembawa berita harus mengedukasi masyarakat untuk tetap berada di rumah. Serta menyampaikan beragam informasi faktual mengenai bahaya virus corona. Informasi mengenai ini juga dapat dilihat secara langsung oleh masyarakat berdasarkan banyaknya kabar memilukan mengenai banyaknya anggota keluarga terdekat meninggal akibat virus corona.
Namun dari beragam rintangan tersebut menghasilkan peluang baru yang bisa dirasakan oleh para wartawan. Peluang pembelajaran secara global yakni munculnya diskusi-diskusi di luar dan dalam negeri yang bisa diakses secara online. Ada juga beberapa media di luar negeri yang membuat pelatihan-pelatihan online atau diskusi panel yang membahas mengenai tata cara liputan di tengah pandemic yang diadakan oleh media dari luar negeri. Ini merupakan suatu peluang yang bagus sehingga dapat menambah ilmu bagi wartawan, serta menjadi bahan untuk meingkatkan kompetensi. Hal ini menunjukkan bahwa pandemi tidak membunuh semangat para wartawan untuk tetap berproduktif dan terus menyebarkan berita untuk publik.
(Natasya Maulidiawati/Politeknik Negeri Jakarta).