Fokus Latihan Bersama Pacific Partnership 2016 (Latma PP 16) adalah untuk tanggap darurat menghadapi bencana tsunami, mengingat daerah Padang, Sumatera Barat merupakan daerah yang sering terjadi bencana, untuk itulah Padang dipilih sebagai pusat kegiatan Latma ini.
Hal tersebut dikatakan Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Agung Risdhianto, M.B.A. saat meninjau pembangunan sarana fasilitas jalan untuk jalur evakuasi di Pasir Jambak dan pembangunan shelter di Desa Padang Sarai, Kecamatan Pasie Nan Tigo, Kota Padang, Sumatera Barat, Senin (22/8/2016).
Berkaitan dengan program HA/DR Humanitarian Assistance /Disaster Relief dalam rangka penanganan bencana, Asops Panglima TNI menyampaikan bahwa masyarakat dan Pemda dilibatkan berlatih sehingga tahu dan dapat melakukan hal–hal yang harus dikerjakan, terutama TNI dan Pemerintah Daerah setempat dapat berkoodinasi bagaimana menangani bencana dan bantuan asing yang datang. “Jangan sampai terjadi kesemrawutan dalam penanganan tersebut,” ujarnya.
“Pelaksanaan Latma PP 16 antara TNI (Tentara Nasional Indonesia) dengan US–PACOM (United States Pacific Command) kali ini adalah untuk melatih kesiapan TNI bersama–sama dengan US–PACOM dalam rangka menyiapkan dan menjamin kesiapan operasional dari penyelenggaraan penanganan bencana, khususnya bidang medis,” tutur Asops Panglima TNI.
Asops Panglima TNI juga mengatakan bahwa, Latma kali ini menyiapkan program fasilitas medis dan menyiapkan sarana–sarana fasilitas infrastruktur yang dibangun bersama antara militer Amerika dengan prajurit TNI. “Selain itu, Latma PP 16 melibatkan pula komponen aparat sipil Pemda setempat, sehingga apabila suatu saat terjadi bencana maka komponen sipil Pemda siap dan bisa melakukan hal–hal yang harus dilakukan,” ungkapnya.
Lebih lanjut Mayjen TNI Agung Risdhianto, M.B.A. menyampaikan, pelatihan materi program ini beraneka ragam, diantaranya program penanganan medis, dimana TNI bersama US–PACOM dengan Kapal Rumah Sakit USNS Mercy memberikan fasilitas kesehatan untuk masyarakat Sumatera Barat ; US–PACOM bisa memberikan dan membangun sarana shelter atau bangunan yang suatu saat akan bisa dimanfaatkan dijadikan sebagai tempat pengungsian dan membangun sarana jalan untuk jalur evakuasi sepanjang 350 meter dengan lebar 3 meter dan setebal 20 centimeter, sehingga masyarakat dapat mengungsi ditempat tersebut.
“Ada juga program tambahan yaitu pelatihan ‘English Day” terhadap siswa SMA Negeri 1, 2, 3 dan SMA 10 untuk pelajaran Bahasa Inggris yang dilakukan oleh militer AS sebagai native speaker,” pungkasnya.
Sementara itu, Dansatgas Latma PP 16 Kolonel Laut (K/W) drg. Nora Lelyana, MH.Kes, mengatakan bahwa tujuan Pacific Parnership 2016 adalah melatih dan meningkatkan kemampuan koordinasi, interoperabilitas antar lembaga dan antar negara dalam penanggulangan bencana. “Selain itu, untuk analisa pasca bencana dan meningkatkan ketrampilan kemampuan Emergency Preparednes bagi Personel Kesehatan TNI dan US–PACOM serta masyarakat Sumatera Barat,” ujarnya.
Kolonel Laut (K/W) drg. Nora Lelyana, MH.Kes, juga menyampaikan bahwa peserta Latma Pacific Partnership 2016 yang melibatkan 2.711 personel TNI dan AS, terdiri dari Indonesia 1.609 personel dan Amerika 1.102 personel, juga melibatkan negara Australia, Jepang, Kanada, Korea Selatan dan Selandia Baru. Sedangkan, Alutsista yang dihadirkan adalah KRI Makassar 590 dengan Komandan Letkol Laut (P) Elmondo Samuel Sianipar dan Kapal Rumah Sakit USNS Mercy dengan Komandan Kapal Captain Navy Tom William.
“Pacific Partnership 2016 juga melibatkan relawan Non Government Organization (NGO) diantaranya “Project Hope Indonesia” Mahasiswa Kesehatan dan Non Kesehatan dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia, US Public Health Service USA, Latter Day Saint Charities Strengthening Families dan Pre Dental Society NGO dari Universitas California San Diego,” tandas Dansatgas Latma PP 16 Kolonel Laut (K/W) drg. Nora Lelyana, MH.Kes.