SURABAYA, beritalima.com | Para atlet penghuni Puslatda New Normal (PNN) Jawa Timur yang penyintas Covid-19 melakukan donor plasma konvalesen. Mereka tergerak membantu para pasien Covid-19 yang membutuhkan plasma ini.
Sebab, sekarang ini kebutuhan plasma konvalesen di Jawa Timur meningkat. Sudah ada belasan orang yang mengantre untuk bisa mendapatkan plasma tersebut.
Bertempat di selasar kantor KONI Jatim, Selasa (12/1/2021) siang ada sekitar 60 atlet Jatim penyintas Covid-19 menjalani tes untuk memastikan apakah mereka bisa mendonorkan plasma konvalesennya. Sebelumnya ada 16 atlet Jatim penyintas Covid-19 yang sudah donor plasma konvalesen di Kantor PMI Surabaya.
Meski berstatus sebagai atlet yang rutin berolahraga, sejumlah penghuni PNN Jatim juga pernah terpapar Covid-19. Bedanya, status mereka adalah orang tanpa gejala (OTG). Durasinya pun singkat. Tiga-empat hari hingga satu minggu mereka sudah dinyatakan sembuh atau negatif Covid-19.
“Mayoritas kasus positif yang kami temui adalah OTG. Jadi mereka dalam kondisi bugar, hanya mengalami gejala ringan seperti flu dan tidak bisa membau dan merasa,” terang Satgas Covid-19 KONI Jatim dr. Wardy Azhari Siagian, Selasa siang.
Menurut dr. Wardy, selama PNN tahun lalu ada sekitar 100 atlet yang positif Covid-19, dari sekitar 1.000 atlet yang disiapkan untuk PON XX Papua, Oktober 2021. Jumlah itu berdasarkan tes usap mulai September hingga November. Mereka yang telah pulih tersebut kemudian diminta untuk mengikuti donor plasma darah ini.
“Penderita Covid-19 di rumah sakit kan makin banyak. Mereka juga membutuhkan donor plasma dari mantan penderita Covid-19. Para atlet KONI Jawa Timur membantu agar ketersediaan plasma konvalesen tetap ada. Meski tidak terlalu banyak, Insyaa Allah bisa sangat membantu,” jelas Wardok, sapaan akrab dr Wardy.
Sejak PNN dimulai pada September 2020, grafik atlet yang terpapar Covid-19 semakin menurun. Berdasarkan hasil tes usap terakhir pada Desember tahun lalu, ada tiga orang yang positif Covid-19. Mereka rata-rata OTG. Kini mereka telah melakukan isolasi mandiri. “Kami berharap grafiknya makin kecil dan tidak bertambah,” pungkas Wardok. (fin)