beritalima.com – Malam itu, disebuah ruang yang membuat seseorang menunggu dengan iringan doa yang tiada hentinya. Kecemasan yang ia rasakan bukan hal yang biasa. Tanpa diduga aku membuatnya rasa kekhawatiran itu semakin riuh, dengan aku yang terbaring selama tiga hari tanpa sadar diri.
Ayah, saat itu hanya memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa sadarkan diri. Dengan segala upaya yang ia lakukan meminta dokter untuk memberikan jalan terbaik. Akhirnya, tiga hari kulalui itu semua aku sekalipun tak tahu apa yang kurasakan saat tiga hari itu.
Saat itu juga untuk pertama kalinya sambutan senyum bahagia Ayah kepadaku. Dengan nada suara yang pelan ayah menanyakan,
“Nur, udah sadar?”
“Nur, ingat sama Ayah?” (aku yang masih belum sadar sepenuhnya).
Dengan jawabanku yang begitu lama, ternyata lemah ingatan juga aku rasakan pada saat itu. Hanya beberapa orang saja yang aku tahu. Ayah yang tidak putus asa, ia tiap harinya bantu mengingatkan memori ingatanku.
Satu bulan sudah kulalui keadaan dan ingatanku mulai membaik, disamping itu aku melihat Ayahku bahagia atas kemajuan kesehatanku saat itu. Semakin kuat juga aku ingin pulih kembali. Seiring waktu berjalan akhirnya aku sudah sehat dan mejalani aktivitas seperti biasanya.
Semakin besar aku sangat menyadari bahwa besar harapan ayah kepadaku. Menjadi anak yang berbakti, anak yang tidak mengecewakannya dalam hal apapun itu. Ia tak pernah lelah mengingatkanku pada hal baik. Memang hakikatnya seorang Ayah tidak akan pernah menjerumuskan putrinya ke hal yang buruk. Ayah merupakan motivasi yang sangat kuat dalam hidupku, kebahagiannya merupakan tujuan hidupku. Terimakasih Ayah.
Karya Feature oleh Nurhamidah (PNJ)