MADIUN, beritalima.com- Di awal bulan Ramadhan, inflasi (suatu proses kenaikan harga secara umum dan terus menerus) di Kota Madiun, Jawa Timur, relatif stabil. Hal ini karena kiat Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun yang memberikan dispensasi kepada kendaraan cargo yang melakukan bongkar bahan pokok tidak harus di terminal Cargo. Tapi dapat langsung melakukan bongkar di dekat pasar agar konsumen mudah mendapatkan bahan pokok yang dibutuhkan.
Menurut Sekda Kota Madiun, H.Maidi, cara seperti itu dapat menekan angka inflasi. Karena masyarakat tidak perlu mengantri untuk mendapatkan bahan pokok. Selain itu, pihaknya menghimbau agar pasar tradisionil maupun swalayan, buka selama 24 jam.
“Cara lain, kita bisa melakukan kerjasama dengan daerah penghasil komoditi. Misalnya kalau stok telur menipis, kita bisa minta kiriman dari Blitar yang dikenal sebagai penghasil komoditi telur. Kemudian melakukan operasi pasar. Tapi masyarakat juga harus berperan aktif dalam menekan angka inflasi. Caranya, misal kalau kebutuhan telur cuma tiga, jangan beli enam. Ini bisa mengakibatkan inflasi. Karena barang di pasar cepat habis. Dan yang tak kalah penting, yaitu peran SKPD dalam menyerap anggaran,” terang Sekda Kota Madiun, H.Maidi, kepada wartawan, 6 Juni 2016.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Joko Raharto, mengatakan, tingkat inflasi di Kota Madiun masih dalam ambang batas kewajaran. Yakni pada awal bulan Juni di level angka sekitar 0,08 persen. Hal ini disebabkan, karena apa yang dibutuhkan oleh masyarakat kota Madiun, bisa didapat dengan mudah.
“Di Kota Madiun ini, pedagang bisa menjaga harga bahan pokok. Apalagi ditunjang dengan operasi pasar yang dilakukan oleh Bulog dan Pemprov Jawa Timur di pasar-pasar tradisionil. Ini yang menekan angka inflasi,” jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Joko Raharto, kepada wartawan di Balaikota Madiun, 6 Juni 2016.
Diberitakan sebelumnya, sehari menjelang hingga minggu pertama bulan Ramadhan, harga kebutuhan pokok di pasar tradisionil Kota Madiun, Jawa Timur, relatif stabil. Harga bahan pokok ini dipantau langsung oleh Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) di dua pasar tradionil. Yakni di Pasar Besar Kota Madiun (PBM) dan Pasar Sleko yang berada di Jalan Trunojoyo, Minggu 5 Juni 2016.
Bahkan dari pantauan TPID yang beranggotakan staf Bank Indonesia Cabang Kediri, Bagian Perekonomian Pemkot Madiun, Humas dan Protokol Setda dan Pejabat Pengelola Informasi Daerah (PPID), ada bahan pokok yang harganya justru turun. Seperti harga bawang merah yang sebelumnya menembus angka Rp.40 ribu/kilogram, turun menjadi Rp.22 ribu/kilogram. Sedangkan harga bawang putih, tetap pada kisaran Rp.30 ribu-Rp.32 ribu/kilogram. Pun demikian dengan harga cabe rawit, tetap dikisaran Rp.18 ribu/kilo gram seperti hari biasa.
Penurunan harga secara drastis juga terjadi pada gula pasir. Beberapa waktu lalu, gula pasir yang sempat menembus harga Rp.17 ribu, turun menjadi Rp.14 ribu/kilogram. Sedangkan harga minyak makan, antara Rp.12,5 ribu-Rp.13 ribu/liter. Sementara itu untuk minyak makan corah antara Rp.11 ribu-Rp.12 ribu/liter.
Pun demikian dengan cabe merah. Harga tetap pada kisaran Rp.24 ribu/kilogram. Sementara harga beras, tetap pada kirasan Rp.9 ribu-Rp.11 ribu tergantung jenisnya. Bahkan harga daging, hanya terjadi kenaikan dua ribu rupiah dari hari biasa. Yakni Rp.98 ribu naik menjadi Rp.100 ribu/kilogram. Untuk daging ayam, ada kenaikan dua ribu rupiah dari Rp.28 ribu naik menjadi Rp.30 ribu/kilogram.
Dari keterangan beberapa pedagang di PBM maupun Pasar Sleko, stok untuk kebutuhan bahan pokok relatif aman. “Konsumen tidak perlu kwatir. Yang jelas stok bahan kebutuhan pokok, aman,” terang Astono, salah satu pedagang di PBM. (Adv/Dibyo).