Oleh:
Rudi S Kamri
Saya tidak tahu bagaimana perasaan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly melihat video orasi berbusa-busa Bahar bin Sumayt sesaat setelah dia dibebaskan dari penjara Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pondok Ranjeg, Cibinong, Jawa Barat, pada Sabtu (16/5/2020). Seperti biasa anak muda kelahiran Manado, 23 Juli 1985 berteriak-teriak gak karuan menghujat Pemerintah dan siapapun yang tidak sejalan dengan pemikirannya.
Melalui program pembebasan bersyarat asimilasi yang tidak selektif, Bahar bin Sumayt bisa menghirup udara bebas. Padahal pria yang divonis hukuman tiga tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung pada 13 Juli 2019 seharusnya baru bisa bebas setahun lagi. Dan akibatnya sekarang panggung orasi penuh provokasi dan hujatan kepada Presiden dan Pemerintah akan kembali digelar secara gratis oleh Menkumham Yasonna Laoly. Duuuh…
Tujuan program asimilasi yang bertujuan untuk memutus rantai penyebaran covid-19 seakan sia-sia belaka. Coba lihat arak-arakan penyambutan manusia bermulut kasar ini, sama sekali tidak mengindahkan protokol kesehatan penanganan Covid-19 yang berlaku. Mereka dengan bodohnya dan penuh kejumawaan seolah mengejek anjuran Pemerintah untuk menjaga jarak dan membuat kerumunan.
Lalu sebagai masyarakat yang taat dengan semua himbauan dan kebijakan pemerintah, kita bisa apa melihat fenomena yang memprihatinkan ini? Menyalahkan Bahar bin Sumayt pasti akan sia-sia, karena dia memang sengaja dibayar bandarnya untuk membuat kegaduhan dan memprovokasi masyarakat untuk melawan Pemerintah. Saya justru menyesalkan oknum pejabat pemerintah yang tidak selektif menerapkan kebijakan program asimilasi pembebasan bersyarat.
Argumentasi Kepala Lapas Pondok Rajeg yang mengatakan Bahar bin Sumayt bersikap baik selama menjalani hukuman sangat diragukan kebenarannya. Dan saya terus terang tidak percaya. Saya menduga keras ada ‘invisible hand’ atau ‘invisible money’ yang bermain dalam pembebasan manusia bermulut kotor ini. Seperti buang gas, pasti tidak akan ada bentuknya tapi baunya kuat menyengat.
Pada saat negara dan masyarakat membutuhkan ketenangan dan kedamaian dalam menghadapi pandemi virus corona, justru Yasonna Laoly melepas biang kerusuhan dan kegaduhan ke tengah masyarakat. Bagi saya keputusan ini tidak masuk akal dan sangat mengusik keadilan masyarakat.
Saya hanya berharap Yasonna Laoly dan siapapun yang terlibat dalam pembebasan Bahar bin Sumayt ini bertanggungjawab kalau orang ini kembali berperilaku kasar dan berbuat keonaran. Belum lagi kalau akibat kerumunan massa pengikut Bahar bin Sumayt itu ternyata terbentuk kluster baru penyebaran covid-19, kita akan tuntut Yasonna untuk bertanggungjawab.
Jujur saya kasihan dengan Presiden Jokowi. Keseriusan dan kerja keras beliau dalam menangani penyebaran virus corona ini banyak direcoki oleh sebagian pembantunya yang tidak becus kerja.
Salam SATU Indonesia
18052020