beritalima.com – Langkah kakinya berat namun penuh tekad. Panas terik yang membakar kulit juga ikut membakar semangat. Sembari mengusap peluh, ia mendorong gerobak roda duanya mengelilingi jalanan sepi perumahan.
Pak Jum, begitu lah beliau biasa disapa. Topi bundar yang menutupi kepalanya sudah menjadi ciri khasnya. Pria asal Garut ini telah lama menjalani profesinya sebagai penjual bajigur keliling sejak tahun 1974. Minuman khas Sunda yang terbuat dari santan dan gula aren ini memang sudah menjadi temannya sehari-hari. Sambil sesekali meniup uap panas minuman itu, ia melayani pembeli.
“Sedikit pembeli, sekarang sudah tidak ada penerusnya,” ungkapnya sembari mengikat satu kantong plastik bajigur dengan karet. Zaman memang telah berubah. Hal itu kian dirasakan pria pemilik nama lengkap Ajum Juwarsa ini saat pembelinya semakin menurun. Popularitas minuman khas itu sudah tergantikan oleh minuman instan.
Peminat bajigur yang menurun juga berdampak pada penghasilannya. Ia mengaku penghasilannya tak seberapa. Harga satu bajigur memang dijual dengan kocek murah yang belum dapat mencukupi kebutuhannya beserta tiga orang keluarganya.
Kerutan di wajahnya semakin terlihat saat ia tersenyum kecil mensyukuri pekerjaannya. “Ya, dicukup-cukupi saja, namanya juga rezeki,” ujar pria kelahiran tahun 1953 ini. Perubahan zaman juga tidak membuatnya beralih pekerjaan. Meskipun sepi pembeli, ia tetap memilih berjualan bajigur karena membutuhkan modal yang tidak besar.
Sampai sore pun gerobaknya masih terisi penuh. Singkong, ubi, pisang, dan timus masih terlihat berjajar rapi di balik bilik kaca gerobaknya. Gerobak yang menjadi saksi bisu perjalanannya menjajakan minuman tradisional itu. Tak adanya biaya menjadi alasan ia tidak pernah mengganti gerobak tuanya.
Jum hanya bisa berharap pergantian era tidak menggusur minuman tradisional khas Sunda itu. Ia ingin memiliki banyak penerus sebagai pembuat dan penikmat bajigur. Agar penjual lawas sepertinya dapat membiayai hidup di usia senja.
penulis :
Suroyya Rufaidah
D-3 Penerbitan/Jurnalistik (semester 4)
Politeknik Negeri Jakarta