Bakar Tongkang Di Bagansiapi Api

  • Whatsapp

Oleh
DR. dr. Robert Arjuna FEAS *
Dahulu kala Presiden Soekarno paling doyan makan ikan asin dan belacsn buatan Bagansiapi api karena kota kecil dibawah naungan kabupaten Bengkali propinsi Riau, kota ikan didominasi 70% etnis Tionghoa dan mata pencarian semua adalah pelaut dengan suatu budaya percaya sama buddha yang cirikhas mengadakan bakrt kapal Tongksng untuk petsembahkan pada dewa laut,dan saat ini merpakan sebuah destinasi budaya hari besar bakar Tongkang.setiap bulan lima imlek Go Gwek cap lak ( hari ke 16) mengadakan ritusl agama secara besar besaran dan dikunjungi wisatawan lokal msupun macan negara.

Kota Bagan Siapi-api berada di bawah naungan Kabupaten Rokan Hilir, provinsi Riau. Kota Bagan letaknya berdekatan dengan Selat Malaka dan dulunya terkenal sebagai penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah Norwegia. Namun dikarenakan pendangkalan dan penggunaan alat pukat, ekosistem ikan di pulau ini berkurang banyak.Meskipun nama kota Bagan Siapi-api tidak setenar kota-kota kecil lain di pesisir pulau Sumatra, tetapi setiap tahunnya baik turis lokal maupun asing berbondong-bondong ke kota ini untuk menyaksikan Ritual Bakar Tongka Ritual Bakar Tongkang sudah berlangsung sejak tahun 1926

Ada banyak cara untuk menghormati dan melestrasikan warisan nenek moyang. Salah satunya ialah masyarakat etnis Tionghoa di Kabupaten Rokan hilier, Provinsi Riau, yang konsisten melestarikan tradisi Ritual Bakar Tongkang.Ritual Bakar Tongkang, atau yang dalam bahasa Hokkien disebut Go Gek Cap Lak, merupakan ritual tahunan masyarakat etnis Tionghoa di Bagansiapiapi yang sudah berlangsung sejak 134 tahun silam.

Selalu ada cara untuk melestarikan warisan nenek moyang di Indonesia. Salah satunya berasal dari etnis Tionghoa di Bagansiapiapi, Riau, yang selalu melestarikan warisan nenek moyang dengan menggelar Upacara Bakar Tongkang setiap tahun.Bakar Tongkang yang juga dikenal dalam bahasa Hokkien sebagai Go Gek Cap Lak, adalah upacara tahunan yang selalu digelar di Bagansiapiapi oleh masyarakat etnis Tionghoa sejak 134 tahun silam. Sesuai dengan nama upacara ini, akan ada sebuah replika tongkang—yang digambarkan sebagai kapal kayu tradisional Tiongkok yang digerakkan dengan bantuan layar—yang benar-benar akan dibakar sampai habis dalam upacara ini.

SEJARAH BAKAR TONGKANG
Sejarah upacara ini bermula pada tahun 1820. Ketika itu sekelompok etnis Tionghoa Hokkian dari Provinsi Fujian, China, merantau dan menyeberangi lautan dengan kapal kayu sederhana, dengan tujuan mencari kehidupan yang lebih baik.Dalam pelayaran panjang yang dipenuhi dengan rasa bimbang dan kekhawatiran kehilangan arah, para penumpang kapal berdoa kepada Dewa Kie Ong Ya agar selamat sampai daratan.

Bermula pada tahun 1820, sekelompok etnis Tionghoa melakukan pelayaran dari Provinsi Fujian ke negeri seberang dengan menggunakan kapal kayu untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Pelayaran panjang ini akhirnya mendapatkan titik terang setelah mereka mendapati ada cahaya dari kejauhan.Cahaya tersebut berhasil menuntun mereka hingga sampai ke daratan. Daratan tersebut ternyata adalah pesisir Bagansiapiapi. Setelah sampai di daratan, kelompok tersebut lalu membakar kapal yang mereka tumpangi sebagai simbol bahwa mereka siap untuk menjalani kehidupan di tempat baru yang mereka sebut sebagai Hong Kong van Andalas ini.

Di suatu malam yang diselimuti kegelapan dan keheningan, samar-samar mereka melihat cahaya dari kejauhan.Cahaya tersebut seakan memanggil dan menuntun mereka sampai ke daratan, yang ternyata merupakan pesisir Bagansiapiapi.Sesampainya di daratan, mereka membakar kapal yang ditumpangi sebagai simbol melupakan suka dan duka.Pembakaran tersebut juga menjadi simbol bahwa mereka akan membangun kehidupan baru di kota yang mendapat sebutan Hong Kong van Andalas ini.Ritual Bakar Tongkang sempat dilarang penyelenggaraannya di Indonesia. Namun sejak era kepemimpinan Presiden Gus Dur larangannya dicabut dan upacara ini resmi digelar setiap tahunnya.

Mengutip dari artikel yang berjudul Etnografi Komunikasi Tradisi Bakar Tongkang (Go Ge Cap Lak) di Kabupaten Rokan Hilir, Ritual Bakar Tongkang baru dimulai 100 tahun setelah kedatangan pertama etnis Tionghoa di Bagan Siapi-api, yaitu sekitar tahun 1926. Namun di tahun 2020 ritual ini ditiadakan karena pandemik virus COVID-19.

PROSESI BAKAR TONGKANG
Masyarakat Tionghoa tumpah ruah ke jalan untuk mengikuti proses tradisi bakar tongkang di Bagansiapiapi. Api besar melalap kapal menandai puncak acara heboh dan meriah ini.Bagansiapiapi adalah ibukota Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Prosesi ini dilaksanakan. Peserta berkumpul di Kelenteng In Kok Kiong yang berpusat di tengah kota.

Tradisi bakar tongkang ini diikuti 100 kelenteng yang ada di sana. Masing.masing kelenteng ikut andil dalam memeriahkan tradisi yang konon sudah berjalan 135 tahun lalu.Festival ini diikuti dari berbagai tingkatan usia. Mereka berbaris dari depan kelenteng hingga memanjang seratusan meter. Badan jalan sesak oleh warga Tionghoa yang melakukan ritual.

Setiap kelompok juga menenteng sejumlah peralatan ibadah yang mereka panggul. Berbagai hiasan alat Tiongkok meramaikan festival ini. Setelah memanjang sekitar 200 meter, barulah muncul tongkang alias kapal replika dengan panjang sekitar 8 meter lebar 2 meter. Kapal itu dihiasi tiang layar dengan kontruksi dari kayu. Dinding kapal tongkang ini hanya dilipasi kertas berwana warni.Tongkang inilah yang dipinggul oleh sekelompok pria. Dari depan kelenteng tongkang ini diarak bersama-sama. Lebih dari 100 meter lagi warga mengiringinya dari belakang.Mereka ini menuju ke lokasi tempat pembakaran tongkang yang mesti berjalan kaki sepanjang 2 km. Seluruh perserta membawa hio yang telah dibakar ujungnya. Bisa dibayangkan bagaimana sesaknya napas akibat asap Hio yang terus menyala sampai ke lokasi yang memakan waktu hampir 1 jam.Tak hanya itu saja, mata juga rawan terkena debu hio sepanjang jalan. Namun demikian, seluruh perserta tetap hikmat mengikuti prosesi pembakaran tongkang ini.

Sepanjang jalan yang dilalui perserta, warga Tionghoa lainnya sudah menyedikan berbagai jenis minuman kaleng yang dingin. Minuman dibagikan secara gratis ke seluruh perserta yang jumlahnya ribuan orang. Berbagai sumbangan minuman di terima para perserta karena mereka berjalan di suasana yang cukup panas di bawah teriknya matahari.Setelah berjalan beriiringan, akhirnya mereka sampai di lokasi dipercayai dulunya tempat awal kapal warga Tionghoa pertama kali mendarat dan dibakar bersama agar tidak kembali ke kampung halaman di Fujian, China.

Di lokasi ini, jutaan tumpukan kertas bertuliskan China sudah lebih dulu dikumpulkan. Di atas tumpukan kertas itulah, kapal tongkang replika yang diarak tadi diletakan. Sebelum dilakukan pembakaran, maka sejumlah pejabat pemerintah diundang ke atas.Api yang membakar membuat suasana sekitarnya menjadi panas. Tumpukan kertas pun menjadi lautan api yang memerah. Sekelompok orang dalam acara ini juga ada yang keserupan. Di saat api membara, hawa panas sangat terasa berjarak 50 meter. Namun ada satu pria yang kesurupan justru berjarak hanya 10 meter saja dari bara api sambil mengibarkan bendera.Saat api membara inilah, seluruh perserta juga melemparkan hio yang mereka bawa ke lokasi. Selama proses pembakaran berlangsung, seluruh perserta berdoa.

Dari prosesi ini, ada yang paling dinantikan warga Tionghoa. Dua tiang kapal yang berdiri tegak dengan panjang yang berbeda sebagai tempat tiang layar, harus ditunggu sampai jatuh.Mereka akan melihat arah mana kedua tiang tadi jatuhnya. Dalam proses kali ini, kedua tiang kapal sama-sama jatuh ke arah laut. Mereka meyakini bahwa rezeki tahun ini akan mereka dapatnya dari laut.Setelah kedua tiang ini terjatuh, barulah masyarakat Tionghoa membubarkan diri. Sekalipun ini tradisi mereka, namun masyarakat Rohil tetap ramai ikut menonton acara tersebut.

Demikian sekilwsinfo tentang kebakaran Tongkang di Bagansiapi apil dan kini merupakan budaya nasionsl sebagai kalender tetap parawisata negara.
RobertoNews 1446《8.6.22 (07.00)》
• Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kes

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait